Kekeringan dan Krisis Air Mulai Dirasakan di Jawa Tengah

Penulis : Aryo Bhawono

Lingkungan

Minggu, 25 Juni 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kekeringan hingga krisis air bersih melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah meski belum memasuki musim kemarau. Beberapa pemerintah daerah mulai mengirimkan mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih. 

"Kekeringan mulai melanda sebagian wilayah di Jawa Tengah. Beberapa kabupaten sudah mulai melaporkan adanya krisis air bersih," tulis siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat (23/6), seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan 51 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau.

BNPB menerima beberapa laporan krisis air bersih akibat kekeringan. Pertama, Desa Kendalsari, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Sebanyak 4.360 warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih. BPBD Kabupaten Klaten pun telah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki hingga 30.000 liter.

Ilustrasi bencana kekeringan. Foto: Global Risk Insight

Kedua, kekeringan melanda wilayah Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Sebanyak 234 warga kesulitan air bersih dan BPBD Kabupaten Magelang telah mengirim pasokan air bersih hingga 10.000 liter.

Ketiga 1.460 warga Kelurahan Jabung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang juga mengalami kesulitan air bersih karena kekeringan.. BPBD Kota Semarang telah mengirimkan air bersih hingga 10.000 liter.

Keempat, BNPB juga menyebut 150 warga Desa Pojok, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan mulai merasakan kelangkaan air bersih. BPBD Kabupaten Grobogan pun mendistribusikan air bersih hingga 10.000 liter.

BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang juga mencatat sebagian besar wilayah Jateng memiliki peluang curah hujan yang sangat rendah. Menurut prakiraan, kurang dari 90 persen atau di bawah 50 mm hingga dasarian 3 Juli.

"Sebagai upaya antisipasi dalam menghadapi potensi bencana kekeringan selama musim kemarau, dihimbau kepada masyarakat agar dapat menghemat dan mengelola penggunaan air dengan baik," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Ia mengharapkan warga juga melakukan perbaikan lingkungan dengan menanam pohon, membangun atau merehabilitasi jaringan irigasi, melakukan perlindungan kepada sumber air bersih yang tersedia, serta panen hujan serta konservasi air.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mewanti-wanti datangnya kemarau kering akibat pengaruh fenomena iklim di samudra yakni El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD). Dua fenomena ini memicu penurunan curah hujan. Selain itu terdapat potensi peningkatan jumlah titik api dan meningkatkan kerawanan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menyebutkan puncak kemarau bakal terjadi dua hingga tiga bulan lagi.

"Secara umum Puncak Musim Kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksikan terjadi pada periode Juli-Agustus, dengan wilayah zona musim paling banyak terjadi pada bulan Agustus," tuturnya, Jumat lalu (16/6).