Pelobi Pro Plastik Banjiri Negosiasi Polusi Plastik PBB

Penulis : Kennial Laia

Lingkungan

Jumat, 26 April 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Di tengah perundingan PBB untuk mengurangi polusi plastik global di Ottawa, Kanada, pelobi dari sektor energi fosil dan petrokimia turut datang. Jumlahnya bahkan meningkat lebih dari sepertiga dari pertemuan sebelumnya. 

Sebagian besar plastik dibuat dari bahan bakar fosil melalui proses kimia yang dikenal sebagai cracking, dan 196 pelobi dari kedua industri tersebut menghadiri pembicaraan PBB tersebut. Padahal negara-negara yang hadir tengah berupaya mencapai kesepakatan untuk membatasi produksi plastik sebagai bagian dari perjanjian untuk mengurangi sampah plastik global, menurut analisis Center for International Environmental Law (Ciel).

Sebanyak 196 pelobi yang terdaftar untuk perundingan tersebut mewakili peningkatan 37% dari 143 pelobi yang terdaftar pada perundingan terakhir di Nairobi. Jumlah ini meningkat sebesar 36% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Peningkatan produksi plastik adalah bagian utama dari rencana industri bahan bakar fosil di masa depan, dan segala upaya untuk membatasi produksi, seperti yang dibahas dalam pembicaraan PBB, jelas merupakan ancaman terhadap keuntungan mereka.

Sampai plastik di Pesisir. Foto: KLHK/Istimewa

Menurut Carbon Tracker, BP memperkirakan plastik mewakili 95% pertumbuhan bersih permintaan minyak pada 2020 hingga 2040, dan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan plastik akan menyumbang 45% pertumbuhan pertambangan minyak dan gas hingga tahun 2040.

Pelobi industri bahan bakar fosil dan kimia juga mendapatkan akses yang lebih besar ke sesi dengan negara-negara anggota untuk mendorong agenda mereka, menurut Ciel.

Jumlah mereka melebihi delegasi dari Uni Eropa, dan terdapat tiga kali lebih banyak pelobi bahan bakar fosil dan industri kimia dibandingkan ilmuwan independen dari Koalisi Ilmuwan untuk Perjanjian Plastik yang Efektif.

“Hasil dari perundingan ini sangat penting bagi negara-negara dan masyarakat di seluruh dunia, dan sangat penting untuk mengungkap dan menghadapi peran perusahaan-perusahaan yang agendanya secara fundamental bertentangan dengan kepentingan publik global. Akses terhadap negosiasi hanyalah salah satu bagian dari teka-teki,” kata Delphine Lévi Alvarès, koordinator kampanye petrokimia global di Ciel, Kamis, 25 April 2024. 

“Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa setiap orang mempunyai akses yang sama, namun hal tersebut tidak benar. Pelobi hadir dalam delegasi negara dan mendapatkan akses istimewa ke sesi khusus negara anggota, di mana diskusi sensitif dilakukan secara tertutup,” kata Alvarès. 

“Di luar banyaknya pelobi yang hadir dalam perundingan, aktivitas dan peristiwa lobi industri di balik layar juga terjadi di seluruh dunia pada bulan-bulan menjelang perundingan,” ujarnya. 

Komunitas yang paling terkena dampak polusi plastik, termasuk negara-negara kepulauan kecil di Pasifik, hadir dalam perundingan dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dan tidak memiliki akses yang sama terhadap pertemuan dengan negara-negara anggota, kata Ciel.

Tori Cress, manajer komunikasi di kelompok lingkungan Keepers of the Water, yang merupakan bagian dari Kaukus Masyarakat Adat pada pembicaraan tersebut, mengatakan para pelobi industri menikmati kursi di delegasi negara. Sementara itu komunitas yang paling terkena dampak krisis plastik harus berjuang agar suara mereka didengar. 

“Meskipun kita dikelilingi oleh iklan-iklan pro-plastik yang disponsori oleh industri, perwakilan masyarakat adat mengalami kurangnya akses, hanya diberi waktu yang sangat terbatas untuk berbicara, dan kurang mendapat pengakuan bahkan di meja First Nations. Plastik telah meracuni air kita dan apa yang terjadi pada air juga terjadi pada manusia,” kata Cress. 

Diskusi pada perundingan perjanjian PBB di Ottawa berupaya untuk memecahkan kebuntuan antara negara-negara penghasil bahan bakar fosil dan negara-negara lain yang mendorong perjanjian ambisius untuk menangani seluruh siklus hidup plastik. 

Sebelumnya Luis Vayas Valdivieso mengatakan, duta Ekuador untuk Inggris dan ketua perundingan PBB tersebut mengatakan, ia yakin bahwa negosiasi yang terus berlangsung akan menghasilkan instrumen global yang mengikat secara hukum dan ditandatangani tahun depan. 

Graham Forbes, ketua delegasi Greenpeace pada pembicaraan tersebut, mengatakan pengaruh dan meningkatnya kehadiran industri bahan bakar fosil dan petrokimia bukanlah hal yang diinginkan masyarakat, serta tidak sesuai dengan kebutuhan iklim. 

“Lobi bahan bakar fosil menghambat kita dalam menegosiasikan perjanjian yang akan mengakhiri krisis plastik. Negara-negara anggota PBB harus meningkatkan dan mewujudkan perjanjian plastik global yang akan mengurangi produksi plastik dan mengakhiri penggunaan plastik sekali pakai,” kata Forbes.