Amankah Bilik Disinfektan Corona bagi Manusia?

Penulis :

Lingkungan

Rabu, 01 April 2020

Editor : Redaksi Betahita

BETAHITA.ID -  Amankah bilik disinfektan  bagi manusia dan lingkungan? Guru Besar Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, memastikan kandungan dalam cairan yang disemprotkan dalam bilik khusus yang dipasang di sejumlah titik di Kota Surabaya dan juga ditempat lain, aman buat manusia. "Insya Allah aman untuk manusia, intinya aman asal campurannya benar," katanya, Minggu 29 Maret 2020.

Nidom menerangkan kalau bahan aktif yang digunakan adalah benzalkonium chloride. Bahan aktif itu disebutnya masuk dalam golongan ammonium quartener, "Dan itu aman untuk manusia karena levelnya tingkat rendah."

Benzalkonium chloride biasa digunakan untuk penyemprotan kandang ternak juga, namun Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Professor Nidom Foundation (PNF) ini memastikan tetap tidak ada masalah. "Yang terpenting adalah tujuannya untuk membunuh mikroorganisme. Nah, kebetulan mungkin banyak dipasarkan di wilayah peternakan, tapi itu tidak ada masalah. Insya Allah aman," katanya.

Ketua Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Retno Sari, menerangkan benzalkonium chloride merupakan kelompok senyawa ammonium quarterner yang bersifat surfaktan. Menurut dia, surfaktan artinya bersifat mempengaruhi permukaan. Bahan akitif pada sabun juga termasuk surfaktan. 

"Artinya kalau kita mencuci tangan dengan sabun, itu bahan-bahan lemak protein akan berikatan kemudian dia akan menggumpal kemudian rusak," kata Retno.

Menurut Retno, lapisan atau selubung protein pada virus bisa menggumpal dan rusak oleh bahan aktif yang sama. "Jadi bahan yang digunakan selama ini untuk bilik itu tentu saja dengan kadar yang aman," kata dia.

Retno menekankan pentingnya penggunaan sesuai kadar yang sesuai. "Semua bahan yang digunakan tidak sesuai dengan kadarnya itu pasti ada efek sampingnya," kata dia.

Retno memastikan bahwa disinfektan yang digunakan di bilik atau chamber sterilisasi di Surabaya sudah sesuai takarannya. Dia meminta masyarakat tak khawatir. "Bahwa cairan desinfeksi yang dipakai bilik chamber itu cukup aman," katanya.

Namun demikian, meski bahan yang digunakan sama, baik yang di bilik sterilisasi maupun yang disemprot, ia juga tetap menganjurkan masyarakat untuk mandi dan cuci tangan jika sampai di rumah. "Dalam situasi seperti ini kan semua upaya dilakukan untuk meminimalisir risiko. Jadi pengendaliannya sudah ketat ya," katanya.

Sebelumnya, sebuah artikel viral di media sosial mengatakan penggunaan bilik disinfeksi malah membahayakan kesehatan. Artikel itu menyoroti maraknya pendirian bilik-bilik yang menyemprotkan disinfektan ke tubuh mereka yang berada di dalamnya untuk perlindungan di masa wabah virus corona COVID-19 sekarang ini.

Warga Komplek Tamansari Persada Raya, Jatibening, secara swadaya membuat bilik disinfektan untuk meminimalisasi penyebaran virus corona. Sabtu 28 Maret 2020. Teras.id/Tempo/Wawan Priyanto

Artikel itu diketahui berasal dari sebuah situs media kesehatan health.grid.id. Satu contoh bilik disinfeksi yang diterangkannya adalah yang dibuat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. “Menurut WHO, bilik yang berisikan cairan disinfektan seperti alkohol, clorin, H2O2 justru membahayakan manusia hingga dua tahun ke depan (karsinogenik), dan sampai saat ini tidak ada cairan apapun yg direkomendasikan,” tulis artikel itu.

Chandra Risdian, peneliti biokimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membenarkan bahwa tidak ada rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk penggunaan disinfektan ke tubuh manusia. Dia mengingatkan agar masyarakat yang membuat bilik disinfektan memperhatikan kandungan bahan aktif, takaran, dan keamanannya. 

Dalam literatur tentang bahan-bahan aktif dan produk rumah tangga untuk disinfeksi virus corona penyebab COVID-19 yang dibuatnya--dan kemudian dibagikan LIPI, Chandra memasukkan bahan aktif Benzalkonium klorida yang bisa digunakan sebagai disinfektan. Bahan aktif itu ada di antaranya dalam produk Dettol dan SOS. 

Tapi Chandra menekankan bahwa seluruh isi daftar itu hanya direkomendasikannya untuk permukaan benda mati. Disemprotkan  ke benda-benda yang sering disentuh sehingga mungkin menyebabkan penularan COVID-19.

“Pesan saya untuk masyarakat yang membuat bilik-bilik desinfektan: tanyakan ke penyedia, apa isi disinfektan yang digunakan, berapa kadarnya, dan tunjukkan bukti kalau itu aman buat kulit. Kalau tidak, jangan lakukan,” kata peneliti yang masih berada di Jerman untuk kepentingan risetnya itu.

TEMPO.CO | TERAS.ID