Gajah Mati di PT BAT Kepalanya Berlubang, Caling Hilang

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Sabtu, 06 Januari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Tabir kematian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di areal Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) Hutan Alam PT Bentara Agra Timber (BAT) di Bentang Alam Seblat, Provinsi Bengkulu, mulai terkuak. Gajah tersebut diduga mati akibat tembakan.

Berdasarkan informasi yang terhimpun, gajah tersebut diketahui berkelamin betina dan usianya diperkirakan sekitar 20 tahun. Pada tengkorak bangkai gajah terdapat lubang, diduga akibat tembakan peluru senjata api. Lubang sebesar kurang lebih 1,5 cm itu tembus dari bagian bawah rahang sampai ke os frontalis (tengkorak bagian depan atau dahi).

Tak hanya itu, caling (gigi yang menonjol atau gading pada gajah betina) juga diketahui hilang.

Informasi adanya lubang di tengkorak dan hilangnya caling itu dibenarkan oleh Pirmansyah, Kepala Satuan Tugas Polisi Hutan (Kasatgas Polhut) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung. "Iya berdasarkan hasil pengamatan sementara oleh tim nekropsi kita di lapangan," kata Pirmansyah, Jumat (5/1/2024).

Seekor gajah sumatera dilaporkan mati di konsesi PT BAT di Kabupaten Mukomuko, Senin (1/1/2024). Foto: Istimewa.

Saat ditanya tentang pendalaman kasus dugaan tindak kejahatan terhadap satwa, yakni pembunuhan gajah ini, Pirman tidak menjawab. Ia hanya bilang akan melihat perkembangan selanjutnya, sembari menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel sejumlah organ yang diambil dalam proses nekropsi (bedah bangkai satwa) kemarin.

"Nanti kita liat saja perkembangan selanjutnya. Sampel organ yang diambil usus, lambung beserta isinya dan limpa," katanya.

Sebelumnya, Direktur Genesis Bengkulu, Egi Saputra mengungkapkan, 31 ribu hektare "rumah" gajah di Bentang Alam Seblat sudah tak bertutupan hutan akibat perambahan. Termasuk di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh 1, yang juga menjadi areal konsesi PT BAT.

Besarnya perambahan hutan yang berujung pada alih fungsi lahan di habitat terakhir gajah sumatera di Bengkulu ini, kata Egi, sangat berpotensi memperbesar konflik manusia dan satwa liar, termasuk gajah. Sebab akan semakin membuka dan mendekatkan interaksi satwa dan manusia.

Menurut Egi, interaksi negatif satwa liar dan manusia bisa berujung pada tindakan kekerasan terhadap satwa, baik menggunakan senjata ataupun jerat. Bahkan dalam sebuah kasus, gajah ditemukan mati diduga akibat diracun, juga di konsesi PT BAT.

"Seperti yang terjadi tahun 2021, ada gajah mati di konsesi PT BAT yang diduga mati karena keracunan. Kemudian, Agustus 2022 di konsesi PT Anugrah Pratama Inspirasi (API), di kawasan HP Air Rami, tim menemukan ada lubang di kaki bangkai gajah, diduga karena dilukai," ungkap Egi, Kamis (4/1/2024) kemarin.