Hore, Kambing Hutan Sumatra Terekam di Lampung
Penulis : Kennial Laia
Satwa
Kamis, 11 Januari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Satwa langka bernama kambing hutan sumatra dilaporkan terdeteksi kamera jebak di Lampung. Ini merupakan penampakan yang jarang dari hewan dilindungi ini selama beberapa tahun terakhir.
Menurut Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitas Indonesia (YIARI), satwa ini tertangkap kamera jebak di Kawasan Lindung Batutegi, Lampung, pekan lalu. Dalam video yang dibagikan YIARI di media sosialnya, tampak satwa tersebut mengendap-ngendap dan menghampiri kamera.
Sebagai catatan, satwa langka ini terus menurun keberadaannya. “Berkurangnya luasan hutan menjadi ancaman. Perburuan untuk daging dan tanduk satwa ini juga mengancam kelestariannya,” kata YIARI, Senin, 8 Januari 2024.
Kambing hutan sumatra (Capricornis sumatrensis) berasal dari famili Bovidae, dan merupakan satu dari enam jenis kambing hutan yang ditemukan di Asia Timur. Meski mirip kambing ternak, hewan ini memiliki sejumlah ciri khas, bulunya lebat dan hanya memiliki satu warna (abu gelap cenderung hitam). Mereka juga memiliki moncong mirip anak kerbau.
Dibandingkan jenis lainnya, kambing hutan sumatra memiliki badan yang lebih kekar. Dia memiliki tanduk yang ramping, pendek, dan lurus ke belakang, mirip tanduk antelop dengan panjang sekitar 12 hingga 16 sentimeter. Bobotnya antara 50-149 kilogram, dengan panjang badan 140-180 cm. Usia dewasa mencapai tinggi 85-94 cm.
Ciri khas lainnya, kambing hutan sumatra memiliki kaki dan badan berwarna hitam tua dengan surai hitam hingga keputihan atau kemerahan dengan ujung berwarna putih krem.
Satwa ini ditemukan di dataran rendah hingga ketinggian 600 meter dari permukaan laut di medan terjal seperti perbukitan, termasuk di hutan hujan. Di Indonesia, mereka terdapat pada ketinggian 200-3.000 m. Di Thailand, mereka ditemukan di pegunungan kapur terjal dan tebing di mana masih terdapat pepohonan dan semak belukar. Biasanya di lokasi akses yang tidak dapat diakses oleh manusia.
Saat ini populasinya ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Batang Gadis, dan Taman Nasional Bukit Barisan. Kambing hutan juga dapat ditemukan di Semenanjung Thailand-Malaysia.
Status dan konservasi
Populasi kambing hutan sumatra turun lebih dari 30% dalam 21 tahun terakhir. Pada 2007, hewan ini masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Tidak ada data resmi dari pemerintah Indonesia maupun penelitian tersedia untuk jumlah persisnya. Di Malaysia, populasinya diperkirakan mencapai 500-750 individu.
Secara historis, penurunan populasi satwa ini disebabkan oleh pertambangan, deforestasi akibat pembalakan dan pengembangan agrikultur. Faktor seperti perburuan liar dan penangkapan dengan jerat juga turut menjadi faktor.
Secara perlindungan international, kambing hutan sumatra masuk dalam Appendix I dalam daftar Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Artinya, perdagangan spesimen spesies dalam daftar ini diperbolehkan hanya dalam keadaan luar biasa.
Pemerintah menetapkan satwa ini sebagai hewan dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Kambing hutan sumatra kawin pada bulan Oktober-November, dan hanya menghasilkan satu anakan atau kembar (sangat jarang). Lahir 210 hari atau 7 bulan kemudian. Mereka dapat bertahan di penangkaran selama 10 tahun.
Pemalu dan soliter
Kambing hutan sumatra memiliki sifat pemalu dan menjauh saat didekati manusia. Mereka senang menyendiri, namun pernah ditemukan hidup dalam kelompok kecil. Pejantan dewasa dikenal soliter namun tidak ada studi lebih lanjut yang membuktikan hal ini.
Habitatnya berupa hutan primer dan sekunder di dekat pegunungan atau kawasan bukit kapur. Karena berhabitat di kawasan perbukitan, kambing hutan sumatra memiliki kemampuan yang khas. Mereka dapat memanjat lereng perbukitan, dan bahkan bisa berjalan di tebing tanpa kehilangan keseimbangan.
Kambing hutan sumatra biasanya aktif pada pagi dan sore hari. Pada siang hari mereka mencari perlindungan di bawah bebatuan yang menjorok dan medan terjal di vegetasi yang lebat.
Kambing hutan sumatra dapat hidup sekitar 20-21 tahun (jantan) dan 21-22 tahun (betina). Banyak menghabiskan waktu di daratan, hewan ini juga dikenal sebagai perenang ulung. Di alam liar, musuh utama atau predator yang mengancamnya adalah macan tutul (Panthera pardus) dan harimau sumatra (Panthera tigris sumatrensis).
Penampakan kambing hutan sumatra sangat jarang. Mereka pernah terlihat pada 2013 saat erupsi Gunung Sinabung pada 2013. Warga juga pernah melihat satwa ini di pinggiran hutan di Toba Samosir, Sumatera Utara, pada 2016. Kemudian pada 2020, hewan ini ditemukan tersesat di permukiman warga di Mandailing Natal, Sumatera Utara.