Penurunan Air Tanah Dunia Makin Cepat 

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Minggu, 28 Januari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Tingkat air tanah di seluruh dunia telah menunjukkan penurunan yang luas dan semakin cepat selama 40 tahun terakhir. Hal ini didorong oleh praktik irigasi yang tidak berkelanjutan serta perubahan iklim, menurut sebuah penelitian terbaru.  

Air tanah merupakan sumber utama air bersih bagi pertanian, rumah tangga dan industri. Penipisan air dapat menimbulkan ancaman ekonomi dan lingkungan yang parah, termasuk menurunnya hasil panen dan penurunan permukaan tanah yang merusak, khususnya di wilayah pesisir, kata studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature

“Salah satu faktor pendorong utama di balik penurunan air tanah yang semakin cepat ini adalah pengambilan air tanah secara berlebihan untuk pertanian beririgasi di iklim kering,” kata Scott Jasechko dari University of California, Santa Barbara, salah satu penulis makalah tersebut, dikutip Reuters (24/01). 

Namun kekeringan, yang dipicu oleh perubahan iklim, juga memiliki dampak, dimana para petani cenderung memompa lebih banyak air tanah untuk memastikan tanaman mereka mendapat irigasi, katanya.

Ilustrasi air. Dok Flickr

Penelitian yang menganalisis 170.000 sumur di lebih dari 40 negara menyatakan bahwa penipisan sumur terutama terjadi di daerah beriklim kering dengan lahan pertanian yang luas. Tiongkok bagian utara, Iran, dan Amerika Serikat bagian barat termasuk di antara wilayah yang paling parah terkena dampaknya.

Lebih dari sepertiga dari 1.693 sistem akuifer – kumpulan batuan berpori atau sedimen yang menampung air tanah – yang dipantau oleh penelitian ini turun setidaknya 0,1 meter per tahun dari tahun 2000 hingga 2022. Sebanyak 12% diantaranya mengalami penurunan tahunan lebih dari 0,5 meter. Beberapa akuifer yang terkena dampak paling parah di Spanyol, Iran, Tiongkok dan Amerika Serikat menyusut lebih dari 2 juta meter per tahun selama periode tersebut.

Di sekitar 30% akuifer yang diteliti, laju penipisan telah meningkat sejak 2000.

Beberapa akuifer memang membaik selama periode tersebut, sebagian disebabkan oleh tindakan lokal yang bertujuan membatasi jumlah air yang dapat dipompa keluar.

Akuifer juga dapat diisi ulang dengan air yang dialihkan dari tempat lain. Namun, pemulihan seperti itu “relatif jarang” dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, kata Jasechko.