Tenggelamnya 115 Pulau Kami - Cerita BRIN 2100
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Perubahan Iklim
Rabu, 24 Juli 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Indonesia diperkirakan akan kehilangan 115 pulau pada 2100 nanti. Hal tersebut akibat kenaikan tinggi muka air laut, sebagai dampak dari perubahan iklim. Demikian menurut Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Profesor Riset Bidang Meteorologi, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, menjelaskan perubahan iklim telah berdampak pada meningkatnya permukaan air laut. Pada 2010 tinggi muka air laut telah meningkat sebanyak 0,4 meter dan hal ini berdampak pada hilangnya daratan seluas 7.408 km2 persegi. Diperkirakan pada 2050 muka air laut akan meningkat sebanyak 0.56 meter yang akan menyebabkan hilangnya luas daratan Indonesia sekitar 30.120 km2.
‘"Dampak perubahan iklim tidak terbatas pada keberlangsungan sumber daya air semata, melainkan pada penentuan kalender tanam, hilangnya pulau-pulau kecil, banjir dan lain sebagainya," katanya, dalam sebuah keterangan resmi, Senin (22/7/2024).
Eddy menambahkan, diperkirakan pada 2100 nanti Indonesia akan kehilangan 115 pulau-pulau berukuran sedang yang berada di Provinsi Sumatera Utara sampai ke Provinsi Papua Barat.
Peneliti Ahli Utama Pengelolaan DAS, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Irfan Budi Pramono, berpendapat, solusi berbasis alam (nature based solutions) punya potensi yang besar untuk mengatasi masalah sumber daya air, seiring dengan perubahan iklim. Yang mana paradigma pengaturan air yang semula dari ‘mengalirkan’ menjadi ‘meresapkan’.
“NBS ini bukan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah sumber daya air, namun akan melengkapi solusi-solusi lainnya seperti melengkapi dan mengoptimalkan fungsi grey infrastruktur,” ujarnya.
Irfan menambahkan, penerapan NBS dalam pengelolaan sumber daya air seiring dengan perubahan iklim perlu melibatkan banyak pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Secara umum, kata Irfan, perubahan iklim berpengaruh terhadap sumber daya air, baik langsung atau tidak langsung.
Pengaruh tersebut di antaranya, meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah, meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau serta bertambah panjangnya periode musim kering, meningkatnya temperatur yang diikuti gelombang panas, perubahan ekosistem dan layanan ekosistem, meningkatnya intensitas dan frekuensi badai, serta meningkatnya tinggi gelombang, abrasi pantai, dan meluasnya kawasan yang terpengaruh intrusi air laut.
Berdasarkan catatan BRIN, dalam periode 2010-2017, dampak perubahan iklim telah mengakibatkan terjadinya peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi dengan bencana iklim hidrologi antara lain banjir, longsor, kekeringan, angin puting beliung, kebakaran hutan, gelombang pasang dan abrasi.