Pakar: Pertumbuhan Ekonomi Tak Otomatis Ciptakan Pemerataan

Penulis : Redaksi Betahita

Analisis

Rabu, 10 Oktober 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Rimawan Pradityo, Ahli Ekonomi tim Riset Kemitraan mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama pembangunan. Namun, pertumbuhan ekonomi yang tinggi di level makro, ternyata tidak serta merta menciptakan pemerataan kesejahteraan di tingkat mikro.

Indikator kinerja pembangunan yang digunakan Pemerintah Indonesia cenderung diukur dalam jangka pendek dan kurang memperhatikan keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang.

“Aspek spasial dan intemporal juga seringkali terlupakan, yang mana fokus pembangunan sebagian besar dilakukan di Jawa, terutama di Jakarta. Sementara kawasan lain di Indonesia seolah terlupakan,” kata Rimawan di Jakarta Kamis, 4 Oktober 2018.

Melalui studi tersebut Kemitraan mencoba melihat Indonesia secara utuh, sebagai negara kepulauan dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Sejarah Indonesia, kondisi Indonesia saat ini dan bagaimana Indonesia di masa depan juga dilihat dalam satu kesatuan dalam analisis intertemporal (antar waktu).

Salah satu inovasi yang diangkat adalah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang mampu meningkatkan perekonomian berbasis pertanian yang berkelanjutan, meskipun 70% kawasannya merupakan hutan lindung yang tidak boleh dikelola. Dalam pemaparan "Strategi Pembangunan Berkelanjutan, Adil dan Mandiri" di Jakarta (4/10), Dok: Istimewa

Menurutnya kajian ini mengidentifikasi keberhasilan inovasi di daerah dan inisiatif kolektif masyarakat yang mengedepankan aspek keberlanjutan, keadilan dan kemandirian, sehingga masyarakat di daerah tersebut menjadi mandiri.

Salah satu inovasi yang diangkat adalah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang mampu meningkatkan perekonomian berbasis pertanian yang berkelanjutan, meskipun 70% kawasannya merupakan hutan lindung yang tidak boleh dikelola.

Desa Panggungharjo di Kabupaten Bantul mampu meningkatkan pendapatan asli desa melalui BUMDes dan bahkan melaksanakan reformasi birokrasi dari peningkatan pendapatan asli desa tersebut. Suku Boti di Nusa Tenggara Timur mengandalkan kearifan perempuan dan berhasil bertahan di masa paceklik.

Studi Satu Indonesia berargumen bahwa keberhasilan berbagai inisiatif tersebut disebabkan adanya kesadaran atas isu kelangkaan, sehingga keputusan kebijakan menjadi lebih strategis dan beradaptasi dalam penggunaan sumber daya yang lebih efisien dalam jangka panjang.

“Keberhasilan-keberhasilan daerah tersebut masih bersifat sporadis dan bergantung pada karakter pemimpin. Inilah salah satu ciri negara berkembang, dimana kisah sukses cenderung bersifat kasuistis karena belum didukung sistem kelembagaan yang memadai,” kata Hariadi Kartodihardjo, ahli kehutanan yang juga berada di dalam tim advisor Satu Indonesia.

“Pertanyaannya kemudian, bagaimana aspek kelembagaan dapat dibangun agar berbagai kisah sukses tersebut dapat dengan mudah bermunculan di daerah lain tanpa memerlukan pra-syarat karakteristik pimpinan yang begitu ketat, namun karena sebuah sistem?” kataHariadi.

“Hal yang sangat prioritas adalah mengubah ukuran kerja administratif seperti serapan anggaran menjadi outcome yang langsung menjadi kebutuhan masyarakat. Mengapa selama ini berbagai input perbaikan tidak diadopsi? Karena ukuran administrasi itu menjadi penyebab pembangunan terus berjalan walaupun tanpa memperbaiki fakta-fakta yang diharapkan masyarakat” katanya.

Satu Indonesia terbangun atas tiga prinsip dan enam kelompok strategi yang mengedepankan perbaikan aspek kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai fokus pembangunan. Semua strategi yang diterapkan tadi pada akhirnya fokus pada upaya menciptakan incentive compatibility bagi berbagai elemen bangsa untuk tetap bersatu di bawah naungan negara Indonesia dalam jangka panjang.

Rekomendasi Satu Indonesia terdiri dari wawasan pembangunan dan strategi pembangunan. Wawasan pembangunan Satu Indonesia terdiri dari tiga pilar utama, pertama melihat Indonesia secara utuh, baik dari aspek spasial dan intertemporal, dengan fokus pada pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Kedua, mengedepankan aspek rasionalitas dengan memperhatikan konteks Indonesia dan ketiga fokus pada upaya menciptakan incentive compatibility bagi semua elemen bangsa untuk menjadi bagian dari Indonesia dalam jangka panjang.

Dalam strategi pembangunan Satu Indonesia terdiri dari enam strategi, pertama Pengarusutamaan transparansi dan akuntabilitas, kedua pengarusutamaan penanggulangan korupsi, ketiga mitigasi risiko bencana alam dan krisis, keempat pembangunan kualitas sumber daya manusia, kelima penciptaan sumber daya umum, enam pemikiran Lateral dan Mengakomodasi keragaman.

Strategi Satu Indonesia mendorong pembangunan kualitas sumber daya manusia dan penciptaan incentive compatibility agar semua elemen bangsa tetap bersatu di bawah naungan negara Indonesia dalam jangka panjang.