Pandemi Corona Merebak, Polusi Udara Turun di Seluruh Dunia

Penulis : Kennial Laia

Ekosistem

Senin, 13 April 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona (Sars-Cov-2) telah meningkatkan kualitas udara secara global. Penyakit tersebut telah memaksa berbagai negara memberlakukan karantina wilayah dan pembatasan sosial (social distancing). Aktivitas industri pun terhenti dan lalu lalang transportasi berkurang drastis, sehingga menurunkan tingkat pencemaran udara.

Hal ini terlihat dari citra satelit European Space Agency (ESA). Selama enam minggu terakhir, sentinel-5P ESA menunjukkan, level nitrogen dioksida (NO2) di kota-kota dan kluster industri Asia dan Eropa lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

Nitrogen dioksida sendiri dihasilkan dari mesin mobil, pembangkit listrik, dan proses industri lainnya, dan selama ini dipercaya menyebabkan penyakit pernapasan seperti asma. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polutan ini merupakan gas beracun yang dapat menyebabkan inflamasi signifikan pada saluran pernapasan di konsentrasi di atas 200 mikrogram per meter kubik.

Penurunan level nitrogen dioksida terbesar terjadi di Kota Wuhan, Cina, yang dikarantina sejak Januari lalu. Kota berpenduduk 11 juta jiwa itu merupakan pusat transportasi utama dan memiliki ratusan pabrik penyuplai suku cadang mobil dan perangkat keras lainnya dalam mata rantai global. Menurut NASA, level nitrogen dioksida di wilayah timur dan tengah Cina itu menurun hingga 10-30% periode 1 Februari hingga 17 Maret 2020.

Citra satelit Sentinel-5P menunjukkan penurunan level nitrogen dioksida di Spanyol akibat terhentinya aktivitas industri dan lalu-lalang kendaraan bermotor selama wabah corona. Foto: ESA

Korea Selatan juga mengalami hal serupa. Kota yang bermasalah dengan emisi tinggi akibat pembangkit listrik bertenaga batu bara itu turun. Walau tidak melakukan karantina nasional, Korea Selatan melakukan penelusuran cepat dan isolasi pasien suspect corona.

Sementara itu, Italia juga mengalami penurunan level nitrogen dioksida. Data terbaru dari satelit Copernicus Sentinel-5P menunjukkan, penurunan terjadi secara spesifik di utara Italia, yang menjadi wilayah pertama karantina untuk mencegah penyebaran virus corona.

Manajer Misi Copernicus Sentinel-5P ESA Claus Zehner mengatakan kondisi itu dipicu oleh karantina nasional Italia, yang menyebabkan turunnya kegiatan industri dan lalu lintas kendaraan.

"Penurunan level nitrogen dioksida di Po Valley di utara Italia sangat nyata," katanya baru-baru ini, dikutip di situs ESA.

"Meskipun mungkin ada sedikit variasi dalam data karena tutupan awan dan perubahan cuaca, kami sangat yakin bahwa pengurangan konsentrasi yang dapat kita lihat, bertepatan dengan penguncian di Italia yang menyebabkan lebih sedikit lalu lintas dan kegiatan industri,” tambahnya.

Sejak karantina total pada 9 Maret, level nitrogen dioksida di Milan dan area lainnya di utara Italia turun 40%, menurut data ESA dari 1 Januari 2020 hingga 11 Maret 2020.

Corona Virus Disease atau Covid-19 dideklarasikan sebagai pandemi oleh WHO, dengan kasus terkonfirmasi mencapai 1,8 juta di seluruh dunia per 13 April 2020. Hingga saat ini jumlah kematian global telah menembus 100.000 jiwa.