Cina Ukur Tinggi Gunung Everest, Apakah Makin Susut?

Penulis : Betahita.id

Perubahan Iklim

Sabtu, 02 Mei 2020

Editor :

ETAHITA.ID -  Cina kembali menggelar misi mengukur tinggi Puncak Gunung Everest atau Qomolangma (Dewi Ketiga) dalam bahasa Tibet di Pegunungan Himalaya. Ini merupakan upaya ketiga Cina.

Mereka sebelumnya sudah dua kali merilis hasil pengukuran puncak tertinggi di dunia itu pada 1975 dan 2005 yakni 8.848,13 meter dan 8.844,43 meter. Ketinggian Everest berkurang diduga akibat perubahan iklim sehingga salju terkikis.

Untuk melakukan survei pengukuran terbaru yang lebih akurat, Cina mengirim satu tim dari berbagai intansi di Cina juga Nepal ke basecamp di punggung gunung itu pada Kamis 30 April 2020. Mereka di antaranya terdiri dari 53 orang dari Kementerian Sumber Daya Alam, juga ada dari Kementerian Luar Negeri, Olahraga Cina, dan Pemerintahan Daerah Otonom Tibet.

Tim berada lebih awal dari rencana pengukuran yang baru akan dilakukan bulan ini untuk pelatihan pendakian dan keterampilan survei di wilayah ketinggian. Tim dari Kementerian Sumber Daya Alam bahkan telah melakukan survei pendahuluan untuk penentuan ketinggian, gravitasi, serta sistem satelit navigasi global dan astronomis sejak 2 Maret 2020.

Lokasi terkenal di Puncak Everest, Hillary Step, telah ambruk. Kredit: Everest Expedition/Daily Mail

Berlokasi di perbatasan Cina dan Nepal, Gunung Qomolangma dianggap sebagai simbol persaudaraan kedua bangsa. Menurut kesepakatan bersama yang ditandatangani Oktober 2019, kedua pemerintahan berjanji bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk menangani isu perubahan iklim dan perlindungan lingkungan, serta bersama-sama mengumumkan tinggi gunung itu dan melakukan riset ilmiah.

Survei dan penelitian ini sekaligus menandai usia 65 tahun hubungan diplomatik Cina dan Nepal, 60 tahun manusia sampai ke puncak Everest, juga 45 tahun berselang sejak Cina mengukur secara akurat dan mengumukan tinggi puncak gunung itu pertama kalinya.

Li Guopeng, ketua tim dari Kementerian Sumber Daya Alam, mengatakan kalau sistem satelit navigasi BeiDou akan dilibatkan dalam pengukuran kali ini. Mereka juga akan menggunakan pengukuran gravitasi aerial untuk memperbaiki tingkat akurasi dari pengukuran sebelumnya, "dan teknologi tiga dimensi akan menyediakan demonstrasi visual dari kekayaan alam Qomolangma," kata Li.

Tim, kata Li, akan mendaki sampai ke puncak Gunung Everest untuk mendapatkan data terpercaya. Tim juga akan mengumpulkan data terbaru ketebalan salju, cuaca, dan kecepatan angin di puncak gunung untuk memfasilitasi pemantauan gletser dan perlindungan ekologis. Selain, hasilnya nanti bisa dipakai untuk berbagai bidang ilmu termasuk gerakan lempeng bumi dalam bidang ilmu geodinamika.

TEMPO.CO | TERAS.ID