Kelelawar Lakukan Sosial Distancing saat Wabah

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Minggu, 03 Mei 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Kelelawar adalah satu di antara hewan tersangka sumber penularan virus corona COVID-19 yang saat ini menciptakan wabah di dunia. Tapi kelelawar juga punya sifat yang bisa diajarkan kepada manusia di tengah pandemi ini.

Kelelawar drakula ternyata sudah lebih dulu menerapkan perilaku social distancing saat populasinya terserang penyakit—persis seperti yang sedang dijalani manusia karena COVID-19.

Perilaku kelelawar pengisap darah itu terungkap dari hasil studi di Smithsonian Tropical Research Institute di Panama yang dipimpin Sebastian Stockmaier, mahasiswa doktoral dari University of Texas, Amerika Serikat. Stockmaier lalu menuliskannya kembali untuk membandingkan dengan upaya manusia saat ini.

Risetnya itu menunjukkan kalau kelelawar langsung memotong interaksi dengan anggotanya dalam koloni yang terserang penyakit, namun tetap merawatnya. “Menariknya, perilaku karena adanya penyakit ini tak berpengaruh besar ke ikatan keluarga kelelawar,” kata Stockmaier.

Kelelawar pengisap darah (Diphylla ecaudata) (foto: wikimedia)

Kuatnya hubungan keluarga ditunjukkan lewat ibu yang sakit tetap merawat anaknya dan ibu yang sehat tetap merawat anaknya yang sedang sakit. “Ketika interaksi sosial antar individu yang tidak saling berkerabat mengendur, interaksi di antara anggota keluarga tetap terjaga.”

Mirip seperti manusia, bangsa kelelawar adalah mahluk sosial yang hidup dalam komunitas besar dan saling berhubungan satu sama lain. Hewan predator malam ini hidup dalam koloni terdiri dari ratusan hingga ribuan individu.

Stockmaier mengatakan, koloni kelelawar adalah studi kasus yang sempurna karena mengembangkan ikatan-ikatan yang mirip dengan persahabatan manusia. Sangat memperhatikan aspek higienis, kelelawar dikenal saling membantu membersihkan diri d antara anggota keluarga maupun tetangga.

Kelelawar juga tidur rapat sisi bersisian di dinding gua. Terpenting, kelelawar saling berbagi makanan untuk mencegah kelaparan di koloni. Perilaku-perilaku itu memastikan keberlangsungan hidup koloni tapi juga bisa membuat mereka rentan dari penyakkit menular.

“Ini sangat menarik karena ini mirip dengan apa yang kita jalani sekarang dengan isolasi mandiri atau sosial distancing,” kata nya.

Stockmaier dan timnya mempelajari komunitas kelelawar drakula yang berhasil dijebaknya dengan darah ternak dan jaring di Panama. Kelelawar-kelelawar tangkapan itu lalu disuntikkan dengan ekstrak bakteri untuk menstimulasi kekebalan tubuh dan memunculkan gejala infeksi tanpa membuat hewan itu sakit.

Kelelawar yang disuntik menjadi merasa terlalu lemah untuk berburu darah atau membersihkan diri serta hanya ingin tidur seperti perilaku umum individu yang sakit. Tim peneliti lalu mensimulasi kondisi normal saat kelelawar hidup dalam koloninya, yaitu memindahkan kelelawar yang 'sakit' itu pada malam hanya untuk membuatnya tidak mendapat makanan.

Dampaknya, kelelawar yang sakit terus bersosialisasi tapi dengan interaksi yang berbeda. Mereka ditolak berkerumun oleh kelelawar di luar garis keluarga. Tapi mereka tetap dibagi saat memohon makanan dari anggota keluarga. Induknya tetap memberi makan anaknya meski sedang 'sakit'.

“Mereka tidak banyak lagi bersama dengan yang lain, tapi berbagi makanan tidak berubah dan itu kemungkinan karena berbagi makanan jauh lebih penting untuk menjaga tidak ada yang mati.”

CBC | NEWSCIENTIST | TEMPO.CO | TERAS.ID