Dalam 20 Tahun, Empat Satwa Liar Punah Karena Hilangnya Hutan

Penulis : Kennial Laia

Satwa

Minggu, 17 Mei 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Sejak abad ke-21, 665 spesies dinyatakan sepenuhnya punah atau punah di alam liar oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Hal ini disebabkan oleh rusaknya habitat satwa dan degradasi hutan akibat ulah manusia. Hilangnya hutan meningkatkan resiko kepunahan ratusan spesies yang bergantung pada hutan. 

Ilmuwan menyatakan bahwa saat ini Bumi sedang mengalami kepunahan masal keenam. Hal yang sama terjadi pada dinosaurus 66 juta tahun yang lalu. Laju kepunahan hari ini diperkirakan antara 1.000 hingga 10.000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laju kepunahan alami. 

Menurut Global Forest Watch, dalam kurun 20 tahun terakhir, terdapat empat spesies yang telah punah akibat hilangnya hutan. 

Macan dahan Formosa  

Spesies burung Spix's Macaw asli Brazil ini dinyatakan punah di alam liar pada 2018. Hilangnya habitat alami dan perburuan liar menjadi faktor kepunahan mereka. Foto: Al Wabra Wildlife Preservation.

Satwa dengan nama Latin Neofelis nebulosa brachyura ini merupakan satwa endemik Taiwan dan merupakan karnivora terbesar kedua setelah beruang hitam Formosa di Taiwarn. Macan ini punah pada 2013 lantaran hilangnya hutan dataran rendah. Alih fungsi hutan ke agrikultur itu memaksa hewan ini ke dataran tinggi.

Menurut data Global Forest Watch (GFW), Taiwan kehilangan 37,100 hektare tutupan pohon sejak awal abad ke-21, dengan laju tertinggi pada 2009. Pembalakan liar dan perburuan satwa adalah faktor terbesar dari hilangnya macan dahan Formosa. Penampakan resmi terakhir dari satwa ini adalah pada 1983.

Burung makaw Spix’s

Jenis burung ini popular ketika menjadi inspirasi salah satu karakter animasi di film Rio (2011). Faktanya, Spix’s Macaw (Cyanopsitta spixii) adalah jenis burung makaw terlangka di dunia dan telah sepenuhnya punah di alam liar.

Spesies burung ini berhabitat asli di hutan dataran rendah kering di timur laut Brazil. Ilmuwan menemukan bahwa spesies pohon Tabebuia caraiba penting bagi kelangsungan burung ini. Namun habitat mereka hilang karena industri agrikultur. Selain itu, Spix’s macaw ini juga masif diburu untuk perdagangan satwa. Spesies burung ini dinyatakan punah di alam liar pada 2018. Saat ini diperkirakan hanya ada 60-80 individu yang hidup di penangkaran.

Taudactylus diurnus (wikivisually.com), Neofelis nebulosa brachyura (inhabitat.com), Cryptic Treehunter (ebird-org), Cyanopsitta spixii (worldlifeexpectancy.com)

Katak Arus Gunung Glorious 

Amfibi rentan punah, dengan satu dari tiga spesies amfibi di dunia masuk daftar merah hewan terancam IUCN. Spesies katak bernama Latin Taudactylus diurnus ini adalah adalah spesies katak kecil diurnal yang hidup hanya di tiga pegunungan di pantai timur Australia. Katak ini relatif banyak jumlahnya pada 1970an, namun populasinya terus menurun hingga dinyatakan punah pada 2004.

Spesies katak ini berhabitat di hutan hujan. Hingga saat ini penyebab kepunahannya belum diketahui, namun pembalakan liar di area hulu dan daerah aliran sungai diduga mengambil peran. Area habitat mereka yang dihancurkan berkisar 11,100 hektare tutupan pohon sejak awal abad ini. Berdasarkan pola penurunan yang cepat, penyakit infeksi jamur chytrid yang menular juga menjadi salah satu faktor.

Burung pemburu pohon (Cryptic Treehunter)

Burung mungil ini ditemukan di hutan di Brazil pada 2014. Saat ditemukan kondisi satwa tersebut sudah terancam punah. Namun, lima tahun kemudia, spesies burung ini dinyatakan punah oleh IUCN. Area timur Brazil tempat burung ini ditemukan mengalami penurunan tutupan pohon karena alih fungsi ke agrikultur.