Elang Jawa Menetas di Gunung Salak, Diberi Nama Wira

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Selasa, 19 Mei 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Seekor anak Elang jawa (Nisaetus bartelsi) lahir di hutan Gunung Salak, tepatnya di wilayah Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor pada pertengahan April 2020.

Kelahiran ini secara rutin dipantau oleh team monitoring Elang Jawa Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

"Kami menamainya Wira, anak pasangan dari Beti dan Jalu ini. Wira kami temukan telah lahir pada tanggal 2 Mei 2020 dan diperkirakan telah berumur sekitar 3 (tiga) minggu," tutur Kepala Balai TNGHS Ahmad Munawir, Jumat (15/5), demikian siaran pers Humas KLHK.

Saat ini, Wira sudah mulai sering mengepakkan sayap dan belajar terbang di sarang. Bulu di tubuh dan sayapnya mulai berwarna coklat dan jambul di kepalanya mulai tumbuh. Wira sudah bisa mematuk dan coba mencabik-cabik mangsa pakan yang dibawa induknya, tetapi dalam proses makannya masih disuapi oleh sang induk.

Elang Jjawa (Nisaetus bartelsi) menetas di wilayah Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor, TNGSH, pertengahan April 2020. (Dok. Humas KLHK)

Elang jawa merupakan salah satu dari 3 (tiga) spesies kunci di TNGHS dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa. IUCN mengkategorikan Elang Jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jjawa sebagai jenis satwa dilindungi.

"Elang jawa hanya mengalami satu kali masa berkembang biak dalam dua tahun itupun jumlah telurnya hanya 1 butir sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah. Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya," kata Ahmad Munawir.

Di dalam ekosistem, Elang jawa mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum, habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone. Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini.

Ahmad Munawir mengatakan, tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan 2020 telah ditemukan 11 sarang aktif Elang jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu; 8 sarang di kawasan Gunung Salak dan 3 sarang di kawasan Gunung Halimun.

Dari 11 sarang Elang jawa yang ditemukan, tercatat hampir di seluruh sarang mengalami success breeding kecuali 1 sarang yang berada di Blok Pasir Ngantuk, Resort PTNW Kawahratu, Seksi PTNW III Sukabumi (di kawasan Gunung Salak).

Berdasarkan hasil pengamatan, sarang yang berada di Blok Bitung Lega, Resort PTNW Gunung Salak I, Seksi PTNW II Bogor (di kawasan Gunung Salak) yang paling banyak success breeding. Tercatat sebanyak 3 (tiga) kali mulai dari awal tahun 2015, tahun 2016, dan yang terbaru lahir pada pertengahan bulan April 2020.

"Sebenarnya pada tahun 2018 pasangan Induk Elang Jawa yang kami beri nama Beti (untuk Induk Betina) dan Jalu (untuk Induk Jantan) bertelur juga, namun tidak menetas," ungkapnya.

Sebelumnya, pada tahun 2019 telah lahir Elang Jawa di bagian Utara Barat Gunung Salak bernama Sabeni. Sedangkan tahun ini telah lahir juga di bagian puncak Utara Timur Gunung Salak bernama Wira. "Semoga kelak keduanya dapat menjalankan tugas sebagai penguasa langit Gunung Salak bagian Utara, sehingga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dapat terjaga dengan baik," kata Ahmad Munawir.