Sampah Medis Akibat Corona Jadi Polusi Baru di Laut

Penulis : Kennial Laia

Covid-19

Kamis, 11 Juni 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Pegiat konservasi mengkhawatirkan pandemi corona virus disease-19 (Covid-19) dapat meningkatkan jumlah sampah plastik di laut. Sebuah organisasi nonprofit menemukan masker sekali pakai mengambang di permukaan laut serta sarung tangan lateks di dasar laut.

Opération Mer Propre, sebuah organisasi nirlaba asal Prancis, menyuarkan isu ini sejak akhir bulan lalu. Organisasi ini secara teratur mengumpulkan di sampah di sepanjang Cote d'Azur, yang merupakan bagian dari pantai Mediterania Prancis, tempat mereka menemukan sampah medis tersebut. 

Joffrey Peltier mengatakan, penyelam dari organisasinya menemukan "sampah Covid" berupa lusinan sarung tangan, masker, dan botol hand sanitizer di bawah laut Mediterania. Limbah medis tersebut bercampur dengan sampah biasa seperti gelas sekali pakai dan kaleng aluminium. Video itu pun diunggah ke akun media sosial Opération Mer Propre. 

Menurut Peltier, jumlah sampah medis yang mereka temukan di lautan sangat banyak.

Sampah akibat pandemi Covid-19 seperti masker ditemukan di Laut Mediterania Prancis. Pegiat konservasi mengkhawatirkan sampah Covid akan menjadi polusi baru di laut. Foto: Opération Mer Propre

"Ini akan menjadi polusi jika tidak segera ditangani," katanya, dikutip The Guardian, Selasa, 8 Juni 2020.

"Masker sekali pakai bisa bertahan 450 tahun di laut"

Peltier khawatir, penemuan sampah medis itu merupakan indikasi dari adanya polusi baru yang mengancam kehidupan di laut. Sampah medis seperti masker laut yang mengambang menyerupai ubur-ubur, makanan utama bagi penyu. Selama ini sudah banyak kasus dari penyu yang mati akibat memakan kantung plastik.  

Anggota organisasi lainnya, Laurent Lombard, menulis di akun media sosialnya bahwa otoritas Prancis telah memesan dua miliar masker sekali pakai. 

"Dengan jumlah sebesar itu, ada risiko bahwa sampah masker lebih banyak dibandingkan ubur-ubur di Laut Mediterania," tulisnya di akun media sosial Facebook, baru-baru ini.  

Organisasi tersebut berharap video yang mereka unggah di media sosial dapat menyadarkan manusia untuk menggunakan masker daur ulang serta mengurangi pemakaian sarung tangan lateks. Sebagai gantinya, orang bisa mencuci tangan lebih sering.

"Dengan adanya alternatif itu, plastik bukanlah solusi yang dapat melindungi kita dari Covid. Itu pesan yang ingin kami sampaikan," tulis Peltier.

Selama bertahun-tahun, pegiat konservasi telah mengingatkan bahaya sampah plastik yang semakin meningkat di laut. Pada 2018, UN Environment memprediksi, sebanyak 13 juta ton sampah dibuang ke laut setiap tahun. Di Laut Mediterania sendiri, terdapat 570.000 ton plastik setiap tahun. Jumlah ini disebut WWF setara dengan membuang 33.800 botol plastik ke laut setiap menitnya. 

Jumlah yang sudah sedemikian besar ini berpotensi meningkat dengan kondisi dunia yang saat ini sedang berperang melawan pandemi virus corona. Masyarakat dunia menggunakan masker sebagai pelindung diri, dan banyak negara mewajibkan penggunaannya. Namun masker sekali pakai itu dapat bertahan selama 450 tahun di laut. 

Kondisi serupa disampaikan oleh OceansAsia. Organisasi asal Hong Kong ini baru-baru ini menemukan sampah medis seperti masker sekali pakai di Kepulauan Soko, sebuah jajaran pulau tidak berpenguni di barat daya Pulau Lantau, Hong Kong. 

"Di pantai sepanjang 100 meter, kami menemukan 70 masker," kata Gary Srokes dari OceanAsia. Dia menambahkan, organisasinya kembali menemukan 30 sampah masker tiga minggu berikutnya.  

"Padahal Kepulauan Soko adalah pulau tak berpenghuni yang jauh dari mana-mana," katanya.