Karang Raksasa Berumur 1.000 Tahun Ditemukan di Halmahera

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Rabu, 08 Juli 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Sebuah koloni karang keras berumur lebih dari 1.000 tahun ditemukan di perairan Halmahera, Maluku Utara. Temuan ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan GR Allen dan tim mengenai keanekaragaman hayati dari Taksa karang keras.

Penilaian atas keanekaragaman hayati laut di Halmahera itu mendap sedikitnya 468 spesies karang keras di 24 situs.

Baca juga Ikan Matahari, Spesies Endemik Halmahera 
Melacak Genetik Siput Halmahera yang Hidup di Air Panas

Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Khairun, Dr Abdurrachman Baksir mengatakan, posisi Halmahera dan ratusan pulau di Maluku Utara menjadi penting untuk pengembangan teori evolusi Alfred Russel Wallace.

“Kawasan ini berada di garis Katulistiwa dan Arlindo (Arus Lintas Indonesia atau Indonesian Through Flow),” ujar Baksir seperti dikutip Darilaut.id, Selasa, 7 Juli 2020.

Koloni karang keras yang besar diduga berumur di atas 1000 tahun. FOTO: GR ALLEN/DARILAUT.ID

Ekoregion Halmahera, secara keseluruhan terdapat kemiripan yang tinggi antara komposisi jenis karang dengan di Bentang laut Kepala Burung dan Bentang laut Laut Sulawesi.

Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan penting yang tampak antara ekoregion ini, yaitu pada komunitas karang.

Craterastrea leavis, jenis terumbu karang di perairan dalam yang langka dan hanya diketahui dari Chagos dan Laut Merah, juga tercatat di sini.

Selain itu, Allen telah mencatat keanekaragaman ikan pada terumbu karang, pengaruh “Halmahera Eddy” dan keragaman genetik.

Penelitian ini juga mencatat dampak erosi dan sedimentasi –termasuk dari pertambangan maupun perkebunan dan perikanan.

Menurut penelitian yang dilakukan Huffard, Erdmann dan Gunawan pada 2012, Halmahera memiliki kekayaan jenis organisme yang luar biasa tinggi di tiap lokasinya. Ada dua lokasi yang diketahui memiliki kekayaan jenis terumbu karang tertinggi per hektar terumbu karang.

Secara regional dan global, ekoregion Halmahera sangat signifikan sebagai tempat berkumpulnya jenis-jenis yang terancam punah atau jenis sebaran terbatas. Termasuk koridor migrasi, pantai tempat bertelur, lokasi-lokasi tempat memijah atau mencari makan, daerah asuhan.

Halmahera memiliki kisaran habitat yang beragam, oseanografi yang kompleks, dan keragaman yang sangat tinggi.

Kawasan ini membentuk rangkaian kesatuan yang sangat kompleks dengan keragaman jenis terumbu karang yang sangat tinggi, yang membentang mulai dari Semenanjung Kepala Burung dan bersambung ke Filipina melalui wilayah Laut Sulu-Laut Sulawesi.

Halmahera adalah titik Timur terjauh sebelum Laut Maluku. Dengan demikian, wilayah ini merupakan batu loncatan yang penting antara populasi Indonesia bagian Timur dan Indonesia bagian Tengah.

Ikan dan Terumbu karang di Halmahera. FOTO: GR ALLEN

Adanya percampuran antara clade yang berbeda di wilayah ini menunjukkan adanya fenomena di pencampuran tersebut. Walaupun belum dikonfirmasi, nelayan setempat melaporkan adanya kelompok hiu paus musiman di dekat Teluk Kao.

Kepulauan Halmahera juga tempat penting bagi reptil. Suaka Margasatwa Memberamo-Foja memiliki populasi buaya Crocodylus porosus dan C. novaegunineae terbesar di dunia. Populasi Penyu belimbing dari Jamursba-medi di Papua mencari makan di Halmahera.

Ekoregion ini juga memiliki pantai tempat bertelur Penyu hijau dan Penyu sisik yang berpencaran. Konsentrasi tertinggi untuk kepiting kelapa di Indonesia juga ditemukan di ekoregion ini.

Cincin pulau gunung berapi mulai dari Ternate sampai Makaian dan selat panjang yang membelah Bacan juga merupakan habitat unik di Halmahera. Pantai Utara Morotai di Indonesia juga unik karena menghadap ke lautan terbuka dan terkena hempasan gelombang besar Samudera Pasifik. 

Terdapat pula ancaman, seperti penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan sianida. Hal ini dapat menghancurkan bentuk terumbu karang.

Ancaman lainnya adalah penambangan pesisir seperti nikel, mangan, dan lain-lain. Ini merupakan ancaman yang besar terhadap kelangsungan hidup terumbu karang di wilayah ini. Tercatat pula, setiap tahun, kawasan di sekitar Teluk Kao berkembang alga yang membahayakan.*

DARILAUT.ID | TERAS.ID