Kelelawar Sumber Covid-19, Tapi Perantara Kuncinya Belum Pasti

Penulis : Kennial Laia

Covid-19

Senin, 13 Juli 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Penyakit corona virus disease 19, atau dikenal dengan Covid-19, ditemukan di pasar hewan Huanan, Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Beberapa pengunjung dari Huanan diketahui mengalami pneumonia tanpa penyebab yang jelas. Hingga saat ini, publik mengetahui bahwa Covid-19 bermula di Wuhan.   

Mulanya epidemi di Provinsi Hubei, Cina, Covid-19 dengan cepat menjangkiti seluruh dunia. Hingga hari ini, pandemi Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 13 juta jiwa dan merenggut lebih dari 550,000 jiwa secara global.

Covid-19 disebabkan oleh virus Sars-Cov-2 yang berasal dari kelelawar. Sebelum melompat ke manusia, virus ini diduga terlebih dulu hinggap ke trenggiling. Namun, dugaan ini masih belum sepenuhnya terkonfirmasi di kalangan ilmuwan.

Pola transmisi Covid-19 sama dengan pola wabah sindrom pernapasan akut (SARS) pada 2002, di mana transmisi terjadi melalui hewan perantara. Pada kasus SARS, virus dari kelelawar tapal kuda itu menginfeksi musang terlebih dulu sebelum menular ke manusia.

Pasar Huanan ditutup tak lama setelah kasus Covid-19 meningkat di Wuhan, Cina. Pasar hewan ini diketahui publik sebagai awal bermulanya pandemi Covid-19. Foto: AFP

Trenggiling diduga sebagai hewan perantara utama, sebab satwa itu merupakan “mamalia yang paling banyak diperdagangkan di seluruh dunia”, menurut International Union for Conservation of Nature. Di Cina, daging dan sisik trenggiling umum dikonsumsi dan dipercaya bermanfaat bagi kesehatan.

Jurnal Nature mencatat, trenggiling tidak termasuk dalam inventaris produk yang dijual di Wuhan. Namun, dugaan ini masih bisa dipertanyakan karena status lindung trenggiling menjadikannya ilegal dijual di pasaran.  

Prof. Stephen Turner dari Monash University, Australia, mengatakan, satu-satunya hal pasti adalah bahwa virus corona berasal dari kelelawar. Sementara itu, bahwa virus muncul pertama kali di pasar hewan di Wuhan (melalui interaksi satwa dan manusia) masih menjadi hipotesis.

“Soal trenggiling merupakan perantara (virus), itu belum jelas,” kata Prof. Stephen Turner dari Monash University, seperti dikutip The Guardian.

Februari lalu, peneliti dari South China Agricultural University di Guangzhou mengidentifikasi trenggiling sebagai hewan perantara. Dugaan itu berangkat dari perbandingan genetis virus corona yang diambil dari trenggiling dan manusia yang terinfeksi selama pandemi. Hasilnya, ada kemiripan sekuens genetik sebesar 99%.

Ahli evolusi virus di University of Sydney, Prof. Edward Holmes, mengatakan dugaan pangolin sebagai hewan perantara mungkin. Namun, data lebih rinci dibutuhkan untuk penelitian selanjutnya terkait asal-muasal virus penyebab Covid-19.

“Dugaan ini merupakan observasi yang sangat mungkin. Namun, kita harus melihat data lebih dalam lagi. Apalagi saat ini terdapat data yang menunjukkan trenggiling membawa virus yang erat terkait dengan [Sars-Cov-2],” katanya, dikutip dari Nature.

Virus corona diketahui terdapat pada mamalia dan burung. Namun, virus tersebut diduga menginfeksi manusia lewat hewan perantara lain. Virus ini menyebabakan gangguan pernapasan akut (SARS), yang ditularkan lewat kucing ke manusia.

Analisis terhadap 41 pasien Covid-19 pertama menemukan 27 diantaranya mengalami kontak langsung dengan pasar Wuhan. Namun, analisis yang sama pun melihat bahwa kasus yang diketahui pertama kalinya tidak berada di pasar saat terinfeksi.

Analisis ini menjadi salah satu faktor dunia sains belum memutuskan trenggiling sebagai hewan perantara. Sementara itu, ada dugaan lain bahwa trenggiling bukan satu-satunya hewan perantara dari Covid-19. Trenggiling bisa jadi hewan perantara, tetapi bukan perantara kunci. Kendati trenggiling memiliki karakteristik di mana virus dapat berevolusi menembus sel tubuh manusia di dalam tubuhnya, hewan lain seperti kucing, kerbau, sapi, kambing, domba, dan merpati juga memiliki karakteristik ini. 

Hingga saat ini, publik mengetahui bahwa virus penyebab Covid-19 bermula dari pasar hewan di Wuhan. Menurut sebuah studi pada 2004, pola persebaran wabah penyakit pernapasan akibat corona -- seperti Sars -- selalu berhubungan dengan pasar yang memperdagangkan hewan liar.