Bonita, Harimau Sumatera Paling Menyita Perhatian BKSDA Riau

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Jumat, 17 Juli 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Konflik harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) dan masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir sudah berlangsung sangat lama. Satu kasus yang paling menyita perhatian serta waktu dan energi adalah harimau yang diberi nama Bonita.

Upaya penangkapan Bonita mencapai dua tahun. “Bahkan setelah kasus Bonita, konflik harimau seperti tidak selesai-selesai,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Suharyono.

Suharyono mengungkap itu dalam acara pemberian penghargaan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait penanganan konflik harimau dan manusia di Indragiri Hilir. Sebanyak 47 penghargaan dibagikan kepada pemerintah daerah, perusahaan, institusi dan juga individu yang dianggap berjasa untuk penangan konflik tersebut.

“Ini penghargaan yang paling banyak saya serahkan dalam sehari selama jadi Dirjen,” kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem Wiratno mewakili Menteri LHK di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Kota Pekanbaru, Kamis 16 Juli 2020.

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang bernama Bonita ini akhirnya berhasil ditemukan oleh tim gabungan di hari ke 108, di Estate Eboni PT. Tabung Haji Indo Plantation (THIP), 20 April 2018. Usai ditangkap, Bonita dievakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Yayasan Arsari Djojohadikusumo. (facebook/Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)

Usai menyampaikan apresiasinya, Wiratno berpesan penghargaan dijadikan momentum kolaborasi agar konflik tidak terulang. “Tolong lakukan pembersihan jerat,” ujarnya berpesan khusus kepada perusahaan pemegang konsesi lahan.

Wakil Bupati Indragiri Hilir Samsudin Uti balik berharap ada strategi dari Kementerian LHK untuk mencegah konflik satwa dilindungi dengan manusia. Dia menyebutkan, di kabupaten itu terdapat banyak harimau sumatera. “Tentu kita tak ingin ini terus terjadi karena harimau sumatera adalah satwa yang harus kita jaga agar tak punah,” katanya. 

TEMPO.CO | TERAS.ID