Ribuan Tukik Dilepasliarkan di Pantai Saba, Bali

Penulis : Kennial Laia

Satwa

Selasa, 11 Agustus 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Lebih dari 10 ribu tukik atau anak penyu dilepasliarkan ke laut di Pantai Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Aktivitas itu disebut sebagai upaya konservasi dan melindungi satwa itu dari ancaman kepunahan.

Salah satu pihak yang terlibat adalah Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Saba Asri. Kelompok masyarakat nelayan ini berinisiatif untuk memulai upaya konservasi penyu lantaran banyaknya gangguan terhadap penyu maupun telurnya di sepanjang Pantai Saba. 

“Pertama kali mulai tahun 2015, karena anjing sering memakan telur di sempadan pantai,” kata Made Kikik, salah satu perintis, seperti dikutip Mongabay Indonesia, Sabtu, 8 Agustus 2020.

KPP Saba Asri bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali. Dalam kurun waktu 2020, komunitas nelayan ini telah menyelamatkan 100 sarang penyu serta menetaskan sekitar 10 ribu ekor anakan penyu atau tukik sepanjang tahun ini.

Lebih dari 10 ribu tukik dilepasliarkan di Pantai Saba, Gianyar, Bali, pada 7 Agustus 2020. Foto: Istimewa

Kerja sama yang dimulai sejak 2017 itu ditandai dengan disusunnya Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Balai KSDA Bali dengan KPP Saba Asri Nomor PKS.02/BKSDA.Bl-1/LKP/2017 tentang Konservasi Penyu melalui Relokasi Sarang Penyu.

Kerja sama itu, kata KLHK, membuahkan hasil. Melalui keterangan tertulis, KLHK menyatakan terjadi peningkatan jumlah pada musim bertelur penyu setiap tahunnya. Jumlah telur dan tukik yang dilepasliarkan pun meningkat.

Dilaporkan Mongabay Indonesia, KPP Saba Asri rutin menulis laporan statistik bulanan termasuk jumlah telur, telur yang menetas, dan pelepasliaran. Laporan itu menunjukkan peningkatan yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Pada 2016, misalnya, jumlah telur masuk sebanyak 6.605 butir dan menigkat menjadi 10.790 pada 2019. Dari total jumlah tersebut, yang menetas hanya setengahnya. 

Untuk pelepasliaran, KPP Saba Asri dengan Balai KSDA Balai melepaskan 1.976 ekor tukik pada 2017. Angka itu meningkat menjadi 3.012 pada 2019. 

Kepala Balai KSDA Bali R. Agus Budi Santosa mengatakan, pihaknya bersama kelompok nelayan telah memulai survey lapangan terhadap komunitas nelayan di sekitar Pantai Saba. Hal itu kemudian dilanjutkan dengan program pembinaan kelompok nelayan, penyuluhan serta sosialisasi terhadap masyarakat sekitar Pantai Saba. 

“Berlandaskan kepedulian akan keberlangsungan kehidupan satwa penyu, kami mulai merintis dengan membuat bak penetasan telur semi alami untuk menampung telur-telur yang dipindahkan dari sarang alaminya. Selanjutnya, kami membuat bak penampungan sementara untuk tukik yang baru menetas,” ujar Agus.