Suhu Bumi Naik, Ilmuwan: Bencana bagi Gambut Beku

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Selasa, 11 Agustus 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Studi terbaru mengungkap, lahan gambut di belahan dunia bagian utara dapat menjadi sumber emisi gas rumah kaca seiring dengan kenaikan suhu global pada abad ini.

Saat ini karbon dalam jumlah besar tersimpan di dalam wilayah beku di bagian utara Bumi. Namun ilmuwan mengatakan, wilayah beku itu akan mencair abad ini. Akibatnya, emisi gas rumah kaca dapat terlepas dengan jumlah yang sangat besar, dengan laju 30-50% lebih cepat dari yang diperkirakan ilmuwan.

Baca Juga: Belajar Atasi Perubahan Iklim dari Kota Kecil Terbelakang di AS

Terentang di belahan dunia utara, lahan gambut memiliki peran penting dalam sistem iklim global. Selama ribuan tahun, lahan tersebut mengakumulasi karbon dan nitrogen, menjaga suhu Bumi. Namun saat ini ekosistem lahan gambut itu, termasuk dalam bentuk permafrost, rentan terhadap kenaikan suhu. 

Area permafrost di Swedia. Permafrost atau ibun abadi merupakan lapisan tanah beku seperti beku dan pasir. Studi terbaru mengungkap area gambut (permafrost) di Bumi bagian utara menyimpan jumlah karbon yang besar. Foto: Gustaf Hegellius/Stockholm University

Sebelumnya, dunia sains belum memiliki peta akurat mengenai seberapa besar dampak iklim terhadap lahan gambut. Studi baru ini, yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menggunakan kompilasi data dari 7.000 obserbasi lapangan. Peneliti kemudian memetakan kondisi lahan gambut di bagian utara Bumi, termasuk kedalaman dan jumlah gas rumah kaca yang tersimpan di dalamnya.

Hasilnya, peneliti menghitung adanya lahan gambut seluas 3,7 juta kilometer persegi. Area ini menyimpan 415 gigaton karbon, setara dengan 46 tahun jumlah emisi karbon global saat ini. Studi itu memproyeksikan, lahan gambut itu akan menjadi sumber utama dari karbondioksida seiring memanasnya Bumi.

"Sayangnya, kami tidak dapat memperkirakan waktunya secara tepat. Model penelitian ini belum secanggih itu," kata penulis utama Dr Gustaf Hugelius dari Stockholm University, Swedia, Senin, 10 Agustus 2020, seperti dikutip bbc.com.

"Namun estimasi terbaik kami adalah itu akan terjadi pada paruh kedua abad ini," katanya. 

Baca Juga: LIPI: Bencana Akibat Perubahan Iklim Makin Sering Terjadi

Penulis dalam studi itu mengatakan bahwa perkiraan terbaru mereka mengenai pelepasan karbon akibat pencairan dan dari hilangnya lahan gambut berkisar 30-50% lebih besar dari proyeksi sebelumnya. 

"Satu-satunya cara untuk membatasi lepasnya karbon dari permafrost adalah dengan mengurangi laju pemanasan global," kata Dr Hugelius.