BBKSDA Sumut Selamatkan Harimau Sumatera, Sering Masuk Kampung
Penulis : Betahita.id
Konservasi
Senin, 31 Agustus 2020
Editor :
BETAHITA.ID - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara menyelamatkan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Baca juga: Lebih 70 Persen Harimau Sumatera Hidup di Luar Kawasan Konservasi
Kepala BBKSDA Sumut, Hotmauli Sianturi, mengatakan, saat ditangkap, Harimau itu dalam keadaan dehidrasi dan anemia yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Selain itu, banyak ditemukan parasit externa (kutu) pada tubuhnya. Sedangkan hasil laboratorium pemeriksaan darah menunjukkan eritrosit menurun yang menandakan terjadinya anemia.
Penangkapan berawal dari laporan masyarakat Desa Tapus Sipagimbal, yang sejak Mei 2020, serang kedatangan harimau. Pada Selasa, 4 Agustus 2020, diterima informasi dari masyarakat tentang keberadaan harimau sumatera yang memangsa seekor anjing dan ular serta ternak warga. Kemudian pada Sabtu, 15 Agustus 2020, harimau memangsa seekor kambing di dekat permukiman warga.
Menerima laporan tersebut, Tim BBKSDA Sumut turun ke lokasi. Pada Sabtu, 22 Agustus 2020 bersama-sama dengan petugas Koramil setempat dan masyarakat memasang perangkap (kandang jebak), mengingat konflik tersebut sudah mengkhawatirkan, karena harimau hampir setiap hari masuk ke pemukiman warga.
Upaya yang dilakukan tim berhasil. Pada Senin, 24 Agustus 2020 harimau sumatera tersebut masuk ke dalam kandang jebak (perangkap). Selanjutnya Si Raja Hutan ini dievakuasi.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis secara makro diketahui bahwa harimau sumatera Sri Bilah yang terperangkap ini berkelamin betina dengan umur lebih kurang 2 sampai 3 tahun, dan berat 45,2 Kg. Secara umum kondisinya sehat, namun mengalami malnutrisi, sehingga tubuhnya terlihat agak kurus akibat tidak mendapatkan pakan yang cukup,” kata Hotmauli Sianturi, Senin (31/8).
“Hal ini berkaitan dengan hasil pemeriksaan fisik secara makro, di mana kondisi satwa tersebut terlihat dehidrasi, mukosa pucat yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Ada beberapa komponen darah yang merujuk bahwa harimau mengalami anemia,” katanya.
“Harimau sampai saat ini masih dalam observasi tim medis. Pemeriksaan kesehatan lanjutan perlu dilakukan untuk melihat perkembangan kondisinya pasca pengobatan pertama, terutama pemeriksaan fungsi hati, dengan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Kemudian monitoring berkaitan dengan nafsu makan, agresifitas serta pergerakannya, tetap dilakukan oleh tim medis,” ungkapnya.
Apabila hasil pemeriksaan akhir tim medis nantinya menyatakan kondisi harimau sumatera dalam keadaan sehat serta direkomendasikan layak untuk dilepasliarkan, maka BBKSDA Sumut akan melepasliarkan kembali ke habitat alaminya.
“Untuk mengetahui perkembangan dan kondisi harimau tersebut, kami telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi observasi di Sanctuary Harimau Barumun,” katanya.