Pulau Pari Banjir Rob, Walhi: Dampak Perubahan Iklim

Penulis : Betahita.id

Perubahan Iklim

Jumat, 27 November 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Dampak perubahan iklim sudah dirasakan masyarakat Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Dalam setahun ini, mereka mengalami dua kali banjir rob yaitu Juli lalu dan Senin, 16 November 2020.

Banjir merendam pulau wisata ini selama dua hari. Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta menilai fenomena banjir rob yang sekarang terjadi di Pulau Pari tidak terlepas dari perubahan iklim yang tengah terjadi secara global.

"Dampak perubahan iklim sudah nyata, di Pulau Pari saja ini adalah banjir rob ke dua dalam tahun ini, tidak hanya banjir  tetapi abrasi sebelah timur Pulau Pari, kalender musim yang tidak menentu dan jumlah ikan yang semakin menurun," kata Rehwinda, Pengkampanye WALHI DKI Jakarta, dalam rilis, Rabu (18/11/2020).

"Kami mendesak agar pemerintah segera melakukan tindakan serius baik secara nasional dan global untuk menekan laju perubahan iklim ini. Apakah harus menunggu pulau Pari yang berpenghuni tenggelam?" katanya.

Banjir ron di Pualau Pari, Kepulauan Seribu (16/11/2020) (Dok.Walhi)

Ketua RT 01, Pulau Pari, Edi Mulyono, mengatakan banjir rob yang terjadi pada tahun 2020 merupakan fenomena banjir yang berbeda dengan banjir-banjir sebelumnya. Untuk pertama kalinya, Pulau Pari mengalami dua kali banjir rob dalam setahun, yaitu pada Juli dan Senin lalu. Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari banjir rob 2020 juga menjadi yang paling parah melampaui banjir-banjir pada tahun sebelumnya.

“Sebelumnya belum pernah sampai naik ke darat, paling hanya sampai bibir pantai, tapi sekarang lebih parah, ada penambahan debit air. Pada banjir rob bulan Juli bahkan sampai membawa perahu ke darat,” Kata Edi.

Hal serupa juga diungkapkan Rohany, warga sepuh di Pulau Pari yang sudah 65 tahun mendiami pulau itu. Dia mengatakan dari kecil baru pada tahun 2020 ada banjir rob yang sampai naik ke darat, padahal sebelum-sebelumnya belum pernah ada banjir seperti itu.

“Dari saya kecil sampai sekarang, baru juli 2020 ini air laut naik sampai ke jalanan, itupun karena dibuat tanggul, di lokasi lain air sampai naik hingga masjid pulau bagian barat dan rumah warga, belum pernah saya lihat, ini yang paling parah sampai bertahan tiga hari,” kata Rohany.

Sementara itu, akibat banjir yang terjadi saat ini, tujuh warung milik warga di pantai Perawan dan sebagian rumah warga yang tenggelam. Salah satu warga RT 04, Deli, mengatakan sumurnya menjadi asin dan tidak bisa dimanfaatkan seperti biasa.

“Dampaknya masih sama seperti banjir pada Juli lalu, air sumur menjadi asin, ada sepuluh rumah yang terdampak, bedanya pada banjir kali ini warga tidak sampai mengungsi,” kata Deli.