Fightfor1point5 Tuding Pemerintah Tak Serius Hadapi Krisis Iklim

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Senin, 14 Desember 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Anak muda yang tergabung dalam kampanye  #FIGHTFOR1POINT5 mendesak pemerintah Indonesia lebih serius menghadapi krisis iklim. Desakan itu agar Indonesia berhenti menggunakan batu bara dan menambah target Nationally Determined Contribution (NDC).

Target NDC tercantum dalam Kesepakatan Paris saat Conference of Parties ke-21 di Paris pada 2015. Dalam konferensi tersebut, negara-negara di dunia setuju menekan suhu Bumi di bawah 2 ⁰C, dan membatasi kenaikan suhu di angka 1.5 ⁰C.

Menurut #FIGHTFOR1POINT5, yang menggelar aksi pada Jumat, 11 Desember 2020, target NDC Indonesia tidak ambisius sehingga tidak akan menekan temperatur bumi di bawah 1.5 ⁰C. Aksi daring itu diikuti oleh individu di seluruh dunia dengan tagar yang sama ##fightfor1point5.

Aksi menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Climate Ambition Summit 2020 yang dilakukan secara daring oleh PBB pada 12 Desember 2020. Dalam KTT tersebut, negara-negara di dunia diharapkan mengumumkan peningkatan NDC bersama peserta non-pemerintah. Selain itu, isu seperti rencana mitigasi jangka menengah dan pendek, adaptasi, dan keuangan juga akan dibahas.

Aksi anak muda menuntut pemerintah agar menyetop penggunaan batu bara untuk menghadapi krisis iklim. Foto: Istimewa

“Janji Indonesia dalam pemenuhan Kesepakatan Paris yang dikomunikasikan dalam NDC dengan target 29% atau 41% bila bekerja sama dengan pihak internasional hanyalah janji semata. Karena target NDC Indonesia saat ini nyatanya berada dalam trayektori kenaikan temperatur 3-4 ⁰C,” kata Novita dari Extinction Rebellion Indonesia melalui keterangan pers, Jumat, 11 Desember 2020.  

“Kebijakan-kebijakan saat ini sangat jauh dari janji yang diucapkan. Kami tantang para pemimpin berucap dan bertindak dengan jujur pada dunia untuk masa depan kami,” tambahnya.

Analisis dari Climate Action Tracker pada September 2020 menilai kebijakan Indonesia sangat tidak memadai. Program pemulihan nasional pemerintah disebut tidak mendukung opsi rendah karbon, serta masih menjamin utilitas listrik menggunakan batu bara.

Kebijakan tak sesuai target

Juru Kampanye Walhi Jakarta Rehwinda mengatakan, target penurunan emisi pemerintah tidak sesuai dengan kebijakan yang ada saat ini. Salah satunya, pembangunan proyek pembangkit listrik uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 yang bersumber dari batu bara.

“Jika pemerintah serius menurunkan emisi sesuai dengan target NDC, maka proyek PLTU baru yang berbahan batubara harus dihentikan. Strategi serius transisi energi harus dijalankan. Pemenuhan listrik di jawa yang sudah surplus tidak ada urgensi untuk pembangunan itu,” kata Rehwinda, Jumat, 11 Desember 2020.

Rehwinda juga menyorot mengenai kebijakan pemerintah membuka hutan untuk tambang batu bara. Menurutnya, aktivitas ekonomi yang menghilangkan fungsi hutan dalam penyerapan emisi malah diberi karpet merah oleh pemerintah.

“Masa depan kami bergantung pada keputusan para pemimpin saat ini. Di depan mata kami jutaan hektar hutan Indonesia dibabat atas nama investasi para kaum oligarki dan hilangnya kekayaan yang sebenarnya keanekaragaman hayati kita. Apa yang akan kami miliki 100 tahun mendatang? Kami akan terus bersuara mengatakan yang benar,” kata Salsabila dari Jaga Rimba.

“Kami yakin kami masih punya harapan jika pemerintah, industri dan para pemangku kebijakan lainnya bersatu untuk menempatkan krisis iklim sebagai krisis dan bertindak bahwa keselamatan rakyat adalah prioritas. Kami mengharapkan pembaharuan NDC Indonesia kembali ke arah yang benar dan dapat menekan peningkatan suhu bumi ke 1,5⁰C,” katanya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar sebelumnya mengatakan, pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) memperjelas kesiapan Indonesia melaksanakan implementasi kesepakatan Paris dan amanat UUD 1945 Pasal 28H.

''Langkah ini penting sebab sudah cukup banyak prestasi masyarakat Indonesia dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim, seperti reduksi emisi gas rumah kaca yang menjadi indikator, '' kata Siti saat mengikuti Konferensi Perubahan Iklim (COP)24 di Katowice, Polandia. Desember 2018.

Target tahun 2030, NDC Indonesia akan menurunkan sekitar 29 persen emisi GRK atau setara 2,8 giga ton CO2. Tahun 2016 tercatat penurunan yang dicapai sudah mencapai 8,7 persen dan tahun 2017 10,8 persen.