10 DAS di Kalimantan Selatan Alami Deforestasi Masif

Penulis : Kennial Laia

Lingkungan

Senin, 01 Februari 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kalimantan Selatan mengalami deforestasi masif selama 20 tahun terakhir. Hilangnya tutupan hutan ini disebut turut berkontribusi terhadap banjir besar yang melanda provinsi itu pada pertengahan Januari lalu.

Sebagai wilayah tangkapan air, DAS berperan penting dalam menjaga lingkungan, termasuk mencegah banjir dan kekeringan saat pergantian musim. Hasil analisis data dari organisasi pemerhati lingkungan, Yayasan Auriga Nusantara, mengatakan tutupan hutan alam di 10 DAS di Kalimantan Selatan berkurang signifikan dalam 20 tahun belakangan. Luasnya mencapai 161.972 hektare pada kurun waktu 2001-2019.

Berdasarkan data yang diolah oleh Yayasan Auriga Nusantara, dari 10 DAS yang ada di Kalimantan Selatan kerusakan paling parah terjadi di DAS Barito. Luas kerusakannya mencapai 34.823 hektare. 

DAS Barito merupakan daerah aliran sungai yang membentang dari hulunya di wilayah Kalimantan Tengah dan bermuara di Kalimantan Selatan. DAS ini memiliki total luas 6,2 juta hektare, di mana hampir sepertiganya atau setara 1,8 juta hektare berada di wilayah Kalimantan Selatan.

Banjir melanda Kalimantan Selatan Januari 2021 merendam 11 kabupaten/kota. Foto: Humas BNPB

Angka deforestasi tertinggi kedua, setelah DAS Barito, berlokasi di DAS Kusan. Kerusakannya terjadi di area seluas 22.134 hektare. Setelah Kusan, peringkat angka deforestasi diduduki DAS Batulicin, dengan perkiraan kerusakan seluas 18.127 hektare.

DAS lainnya yang juga turut mengalami penggudulan adalah Cantung (15.931 hektare), Cengal (10.868 hektare), Sekalian (5.595 hektare), Satui (4.876 hektare), Kintap (4.651 hektare), Embung Embungan (3.507 hektare) dan Sejaka (3.416 hektare).

Banjir di Kalimantan Selatan, pertengahan Januari lalu, merupakan yang terparah dalam 50 tahun terakhir. Berdasarkan data Per 17 Januari 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat Bencana itu merendam 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, di antaranya Banjar, Tabalong, Tapin, Banjar Baru, Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Hulu Sungai Selatan, dan Batola.

Selain terjadinya penggundulan di wliayah DAS, Auriga juga mengantongi data ihwal hilangnya tutupan hutan per kabupaten antara 2001 dan 2019 di Kalimantan Selatan.

Dari data yang dimiliki Auriga menyebutkan sebagian besar area terdampak banjir berada di wilayah kabupaten atau kota yang mengalami deforestasi secara konsisten dalam periode waktu tersebut. Kabupaten tersebut adalah Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Tapin.

Masih berdasarkan data, deforestasi per kabupaten dan kota terparah terjadi di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Penggundulannya terjadi seluas 69.238 hektare. Menariknya apabila dicermati, angka deforestasi yang terjadi di Kotabaru luasannya melebihi luas wilayah DKI Jakarta yakni 66 ribu hektare.

Merespon banjir yang masif di Kalimantan Selatan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar melalui cuitannya mengatakan, penyebab utama banjir di Kalimantan Selatana adalah anomali cuaca dengan curah hujan sangat tinggi. Menurutnya, selama lima hari (9-13 Januari 2021), terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya.

“Air yang masuk ke Sungai Barito sebanyak 2,08 miliar meter kubik. Normalnya 238 juta meter kubik,” tulis Menteri Siti di akun pribadi di Twitter, 20 Januari 2021.

Menteri Siti mengklaim, saat ini hulu DAS Barito masih terjaga dengan baik. Menteri Siti menambahkan, 62,8 persen tutupan hutan alam hilang selama periode 1990-2019. “Penurunan hutan terbesar terjadi pada periode 1990-2000 yaitu sebesar 55,5%,” cuitnya.