Reklamasi Makassar New Port Dinilai Sengsarakan Nelayan

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Tambang

Kamis, 11 Maret 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Proyek reklamasi pelabuhan Makassar New Port (MNP) disoal. Lantaran reklamasi itu dinilai akan menyengsarakan nelayan sekaligus merusak ekosistem laut di perairan Makassar, khususnya di perairan Spermonde, yang menjadi wilayah tangkap nelayan Pulau Kodingareng.

Penelusuran yang dilakukan Koalisi Save Spermonde berhasil mengidentifikasi kerusakan yang ditimbulkan oleh akitivitas tambang pasir PT Boskalis. Sejak Kapal Queen of the Netherlands milik PT Royal Boskalis melakukan penambangan pasir di Kepulauan Spermonde, pada Februari-Agustus 2020 lalu, hasil tangkap nelayan menurun drastis. Efeknya, perekonomian masyarakat nelayan Kodingareng mengalami kelumpuhan.

Penurunan hasil tangkap nelayan ini dipengaruhi oleh keruhnya air laut, akibat sebaran sedimen hasil kerukan pasir yang berdampak pada karang sebagai habitat berbagai organisme laut, dan rusaknya terumbu karang dapat melumpuhkan ekosistem perairan Spermonde.

"Sejak Agustus hingga Desember 2020, kami melakukan riset di Pulau Kodingareng, dimana hasilnya menunjukan bahwa kegiatan penambangan pasir laut telah merusak ekosistem laut yang berakibat pada menurunnya hasil tangkapan nelayan. Bahkan hingga saat ini nelayan dan keluarganya mengalami krisis keuangan tidak mampu membeli kebutuhan pokok," ungkap Muhammad Al Amin, Direktur Wahana Lingkungan Hidup, Sulawesi Selatan, dalam siaran pers yang redaksi terima, Selasa (9/3/2021).

Puluhan nelayan Kodingareng melakukan aksi demonstrasi di lokasi penambangan pasir laut yang dilakukan Kapal Queen of the Netherlands milik PT Royal Boskalis./Foto: Koalisi Save Spermonde

Amin melanjutkan, tambang pasir laut di perairan Spermonde juga telah mengakibatkan perubahan yang signifikan di dasar laut. Efeknya, pola arus dan gelombang di perairan itu menjadi lebih besar. Hal tersebut kemudian mempercepat terjadinya abrasi di daerah pantai. Selain itu peningkatan sedimen tersuspensi juga telah merusak ekosistem terumbu karang, imbasnya populasi ikan di sekitar perairan Spermonde jadi menurun.

"Saat penambangan beroperasi, bahkan hingga saat ini, populasi ikan di perairan Spermonde terutama di wilayah Copong telah menurun drastis. Padahal wilayah tersebut merupakan zona tangkap utama bagi ribuan nelayan, tidak hanya yang di Pulau Kodingareng, tetapi juga nelayan di pulau-pulau kecil lainnya."

Penurunan pendapatan nelayan akibat turunnya hasil tangkapan nelayan, terutama di masa pandemi Covid-19, telah memukul perekonomian masyarakat di Pulau Kodingareng. Sejumlah anak-anak nelayan diketahui terpaksa harus putus sekolah, dan utang masyarakat nelayan meningkat 10 kali lipat. Yang paling memprihatinkan adalah keluarga nelayan mengalami kesulitan membeli kebutuhan pokok.

Selama kurang lebih 257 hari sejak Kapal Queen of the Netherlands milik PT Royal Boskalis beraktivitas di perairan Spermonde dan melakukan penambangan pasir laut, total kerugian yang diderita 1.043 nelayan Kodingareng, yang terdiri dari nelayan bagang, pancing, jaring dan panah, nilainya mencapai sekitar Rp80,4 miliar.

"Dari diskusi yang kami lakukan bersama dengan para nelayan di Pulau Kodingareng, kami mencatat bahwa selama penambangan pasir laut beroperasi di wilayah tangkap nelayan di perairan Spermonde, rata-rata kerugian nelayan pancing mencapai Rp 200 ribu per hari, nelayan panah sebesar Rp350 ribu per hari, nelayan jaring Rp1,4 juta per hari dan nelayan bagan sebesar Rp2 juta per hari," jelas Amin.

Saat ini, walaupun aktivitas penambangan pasir laut itu telah berhenti, namun nelayan Kepulauan Spermonde masih kesulitan melaut. Karena hasil tangkapan para nelayan belum juga kembali normal seperti sebelum adanya penambangan. Penyebabnya adalah peningkatan gelombang air laut yang semakin tinggi, serta kekeruhan air laut masih terjadi dan terus menyebar ke wilayah lain dan mengendap di karang.

"Sekarang kondisi di Copong itu telah berubah sejak kapal pengeruk pasir beroperasi di perairan Spermonde. Daerah tangkapan ikan sekitar Copong selalu keruh seperti air cucian beras. Para nelayan pun sangat sulit mendapatkan hasil tangkapan seperti dulu," ujar Aswin, salah seorang nelayan Pulau Kodingareng.

Koalisi Save Spermonde mendukung sepenuhnya perjuangan masyarakat nelayan Kodingareng yang mendesak pemerintah untuk menghentikan aktivitas penambangan pasir secara permanen di wilayah Kepulauan Spermonde. Pemerintah harus melindungi hak asasi masyarakat pesisir dan ekosistem laut, serta melakukan penegakan hukum terhadap perusak lingkungan.

Koalisi juga mendesak agar Pemerintah bertanggung jawab terhadap segala kerugian sosial, lingkungan dan ekonomi yang telah dialami oleh masyarakat setempat akibat kegiatan tambang pasir laut dan reklamasi proyek Makassar New Port.