Pendanaan Untuk Energi Bersih Meningkat Signifikan Pada 2020

Penulis : Kennial Laia

Energi

Selasa, 30 Maret 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Data terbaru mengungkap, pendanaan bank dunia untuk sektor energi bersih meningkat, paling tidak sebesar US$ 12 miliar pada 2020. Angka itu disebut empat kali lebih besar dibandingkan dengan investasi pada energi fosil, yang bertengger di US$ 3 miliar.

Pendanaan untuk energi bersih itu juga merupakan yang terbesar hingga saat ini, menurut laporan terbaru yang dirilis Energy Policy Tracker dan The Big Shift Global, Selasa, 30 Maret 2021. Laporan tersebut meneliti sembilan lembaga Multilateral Developmnet Banks (MDBs) dan mengungkap, tahun 2020 merupakan pertama kalinya bank tersebut tidak membiayai proyek batu bara. 

Walau demikian, langkah tersebut dinilai belum cukup untuk mengatasi krisis iklim. Koordinator Big Shift Global Sophie Richmond mengatakan, semua pembiayaan dari bahan bakar fosil perlu dialihkan ke energi yang berkelanjutan.

“Pergeseran MDB dalam menginvestasikan lebih banyak pembiayaan di energi terbarukan perlu disambut baik, tetapi ini masih belum cukup,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 30 Maret 2021.

Ilustrasi energi terbarukan )lpbi-nu.org)

“Untuk mengatasi krisis iklim, kita perlu melihat semua pembiayaan dialihkan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan yang berkelanjutan yang tidak merugikan bumi atau masyarakat,” tambahnya.

Analisis data terbaru itu juga menunjukkan, pembiayaan proyek untuk bahan bakar fosil secara keseluruhan turun 40 persen pada periode 2018-2020 dibandingkan dengan periode 2015-2017.

Meskipun langkah ini disambut baik sebagai hasil dari sejumlah kebijakan pengecualian MDB atas batu bara, minyak, dan gas, para ahli menyoroti penurunan tahun 2020 juga dipicu oleh pandemi serta pengeluaran yang kurang transparan dalam paket pemulihan.

Selain itu, lembaga tersebut juga menyorot transparansi arus keuangan dari bank-bank pembangunan multilateral. Pasalnya, data yang tersedia untuk publik kemungkinan tidak lengkap.

“Keputusan investasi MDB saat ini mengunci trayektori emisi selama beberapa dekade ke depan dan berpotensi merusak lingkungan tempat tinggal orang-orang yang paling rentan. Kami menyerukan kepada semua semua bank yang tergabung di MDB untuk memimpin peralihan semua pembiayaan dari batu bara, minyak, dan gas untuk berinvestasi dalam energi terbarukan yang berkelanjutan yang akan membantu menyediakan akses energi bagi semua orang,” kata Richmond.

Laporan tersebut dirilis menjelang United Kingdom Global Summit tentang Iklim dan Pembangunan serta Spring Meetings oleh World Bank Group dan IMF. Seiring dengan langkah Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat untuk mengakhiri anggaran publik untuk bahan bakar fosil, tekanan meningkat agar bank lain juga melakukan hal yang sama.

Penasihat Kebijakan Senior untuk International Institute for Sustainable Development (IISD) Lucile Dufour mengatakan, laporan terbaru tersebut dapat memberikan gambaran tentang arah yang lebih jelas kepada pembuat kebijakan untuk arah pemulihan dari pandemi Covid-19.

“Turunnya pembiayaan untuk energi fosil menunjukkan bahwa, ketika ada kemauan, perubahan bisa dilakukan. Pergeseran tahun 2020 harus menjadi loncatan agar neraca keuangan publik tahun 2021 berubah dari fosil menjadi bersih,” kata Dufour.

Dari sembilan MDB, European Investment Bank (EIB) menonjol karena pendanaan energi bersihnya mencapai US$ 6 miliar, hampir sembilan kali lipat dari pengeluarannya untuk bahan bakar fosil. Bank Dunia masih menyediakan sebagian besar pendanaan bahan bakar fosil dengan total investasinya selama periode 2018-2020 sebesar US$ 5,7 miliar.

European Bank for Reconstruction and Development (EBRD) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) merupakan satu-satunya pengecualian karena investasi mereka untuk bahan bakar fosil tidak berkurang selama periode 2018-2020. Meskipun kedua bank memiliki pernyataan misi yang jelas untuk mendukung transisi menuju energi bersih.

Analis Riset dari Oil Change International Bronwen Tucker mengatakan, pada 2017 komitmen MDB telah berjanji menyelaraskan keuangan mereka dengan Perjanjian Paris. Namun hal itu masih belum sepenuhnya terjadi.

“Pada 2021 kami masih menunggu. Dalam keadaan darurat iklim seperti saat ini, yang kami butuhkan tidak cuma kepemimpinan, tetapi kepemimpinan yang secara strategis menciptakan efek domino di seluruh institusi,” kata Tucker.

MDB (Bank Pembangunan Multilateral) yang termasuk dalam analisis ini dan di Energy Policy Tracker adalah World Bank Group, EIB, Asian Development Bank (ADB), EBRD, Islamic Development Bank (IsDB), Inter-American Development Bank (IaDB), AIIB, African Development Bank (AfDB), dan New Development Bank (NDB).