Dunia Akan Kehilangan 10% Gletser Pertengahan Abad Ini

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Sabtu, 01 Mei 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Sepersepuluh gletser gunung es dunia akan mencari pada pertengahan abad. Fenomena ini akan terjadi walaupun target iklim Kesepakatan Paris tercapai. Kehilangan itu setara dengan lebih dari 13.200 kilometer kubik air, atau setara dengan 10 ribu Stadion Wembley di Inggris. Ini akan berdampak pada delta sungai padat penduduk, habitat satwa liar, dan permukaan air laut.

Beberapa daerah terdampak paling parah adalah Eropa Tengah, Amerika Utara, dan wilayah di garis lintang rendah. Area itu diperkirakan akan mengalami penurunan massa gletser lebih dari setengahnya.

Ilmuwan mengatakan sebagian besar pencairan tersebut — tidak termasuk Greenland dan Antartika — tidak dapat dihindari karena telah terkunci oleh pemanasan global yang disebabkan manusia dalam beberapa tahun terakhir. 

Namun, mereka mengatakan tindakan yang diambil pemerintah hari ini – termasuk pengumuman terbaru tentang tujuan pengurangan emisi yang lebih ambisius oleh Amerika Serikat, Inggris, dan lainnya – dapat membuat perbedaan besar pada lanskap di paruh kedua abad ini.

Ilustrasi lanskap gletser.

“Apa yang kita lihat di pegunungan sekarang disebabkan oleh gas rumah kaca dua atau tiga dekade lalu,” kata ahli glasiologi Ben Marzeion dari Universitas Bremen, dikutip The Guardian, 29 April 2021. 

“Di satu sisi, kita bisa melihatnya sebagai hari kiamat karena sudah terlambat untuk menghentikan pencairan banyak gletser. Namun penting juga bagi orang-orang untuk menyadari bagaimana keputusan yang diambil sekarang dapat memengaruhi bagaimana dunia akan terlihat dua atau tiga generasi dari sekarang,” katanya.

Marzeion mengekstrak data sintesis tahun lalu dari 100 model komputer yang dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian di seluruh dunia. Studi tersebut memproyeksikan berbagai kemungkinan perilaku dari sekitar 200.000 gletser gunung di Bumi, bergantung pada jalur emisi dan pola sirkulasi cuaca yang berbeda.

Hasilnya menunjukkan perkiraan paling akurat tentang bagaimana pegunungan akan kehilangan lapisan salju putih dan air biru di sungai-sungainya. Antara 2021 dan 2050, Marzeion menghitung rata-rata kehilangan massa untuk berbagai skenario dan mendapatkan angka 13.200 gigaton.

Angka ini setara dengan mencairnya hampir lima kolam renang es Olimpiade setiap detik selama 30 tahun ke depan. Ini tidak akan berhenti walaupun pengurangan emisi secara agresif dilakukan. Perbedaan antara skenario terbaik dan terburuk kurang dari 20%. Sementara itu 80% telah terkunci.

Angka tersebut berbeda dengan proyeksi untuk paruh kedua abad ini, ketika keputusan yang diambil sekarang akan membuat perbedaan besar. Dalam skenario emisi rendah, massa gletser saat ini diproyeksikan berkurang sekitar 18% pada 2100, yang disebut sebagai perlambatan. Sebaliknya, dalam skenario emisi tinggi, pencairan akan semakin cepat mencapai 36%.

Konsekuensinya banyak. Pencairan gletser gunung es berkontribusi pada lebih dari sepertiga kenaikan permukaan laut (kontribusi yang lebih tinggi dari Antartika, menurut laporan European State of the Climate Report baru-baru ini). Ini dapat meningkatkan risiko banjir dan genangan di sepanjang wilayah pesisir dan sungai.  

Limpasan tambahan juga tergantung pada seberapa cepat jumlah emisi dapat dikurangi. Diperkirakan limpasan akan menambah 79-159 milimeter permukaan laut pada 2100, menurut studi tersebut.  Sementara itu stabilitas sistem sungai juga dapat menurun di tingkat lokal dan regional. Pada level musiman, gletser Alpine membantu mengatur pasokan air dengan menyimpan curah hujan di musim dingin dan melepaskannya pada musim panas.

Tetapi karena mencair selama beberapa dekade akibat pemanasan global, banyak area hilir akan mengalami ledakan air, yang disusul kerusakan. Studi sebelumnya mengungkap, 1,9 miliar manusia berisiko kehilangan air pegunungan, mayoritas di Cina dan India.

Urgensi masalah ini bervariasi menurut ketinggian, ketebalan es, pola cuaca, dan beberapa faktor lain. Pegunungan yang lebih rendah, seperti Pegunungan Alpen Eropa atau Pyrenees, diperkirakan termasuk yang terkena dampak paling parah. Di Swiss dan Italia, sudah ada kasus gletser terkenal yang menyusut dengan cepat atau mencair seluruhnya.  

Ilmuwan memperkirakan akan ada lebih banyak gletser di dunia pada 2050 karena banyak badan es besar saat ini akan terpecah menjadi pecahan-pecahan kecil. Namun mereka menekankan bahwa jumlah dan luas gletser kurang penting ketimbang tren yang memengaruhi massa dan volume selama beberapa dekade.  

“Sangat penting untuk berpikir jangka panjang,” kata Samuel Nussbaumer dari Layanan Pemantauan Gletser Dunia dan Universitas Zurich.