RISET: Perbankan Cina Danai Penggundulan Hutan di Seluruh Dunia

Penulis : Tim Betahita

Deforestasi

Rabu, 05 Mei 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Sebuah penelitian dari Forests & Finance mengeluarkan kajian yang menyatakan bahwa perbankan Tiongkok merupakan pemberi dana terbesar kedua di dunia untuk banyak proyek investasi penyebab deforestasi.

Dari analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam rentang waktu Januari 2016 hingga April 2020, lembaga keuangan Tiongkok memberikan pinjaman dan jasa penjaminan sebesar 15 miliar dollar Amerika Serikat kepada perusahaan yang memperdagangkan komoditas yang menyebabkan deforestasi di Asia Tenggara, Brazil dan Afrika.

Seperti diketahui, selama ini banyak perusahaan dari Cina, terlibat dalam perdagangan pulp dan kertas, minyak sawit, kedelai, karet, dan kayu. Mereka tersebar di seluruh dunia dan tak jarang menjadi pemain utama. Dari sekian banyak perusahaan otu, lantaran kebijakan negaranya selama ini, proyek-proyek penyebab deforestasi itu biasanya dibiayai dari perbankan dalam negerinya sendiri.

Sinochem, grup bahan kimia milik negara China, adalah penerima terbesar dari pembiayan itu. Mereka diestimasi mendapatkan pembiayaan sebanyak 4,6 miliar dollar AS untuk bisnis karetnya.

Ilustrasi Investasi Cina. (pxhere)

Apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan Cina dan Perbankannya, menurut Forests & Finance, menyumbang sekitar 5 persen dari emisi gas rumah kaca tahunan. Angka itu baru memperhitungkan dari segi penggundulan hutan yang dilakukan, belum kegiatan ekstraktif lain seperti tambang dan lainnya.

“Tiongkok berbicara besar tentang aksi iklim, namun menutup mata terhadap bank mereka sendiri yang mendanai deforestasi di negara-negara tropis,” kata Tom Picken, Kepala Kampanye Forest & Finance.

Kenyataan yang didedahkan memang berbanding terbalik dengan ucapan pemimpin Cina, Xi Jinping yang berjanji tahun lalu bahwa Cina akan mencapai "netralitas karbon" pada tahun 2060. Seara strategi dalam negeri mungkin saja bisa terjadi, namun apabila ditarik skala yang lebih luas, Cina justru menjadi penyebab kerusakan lingkungan.

Picken menjelaskan bahwa tujuan dari pendedaha ini, untuk menelusuri dan membuktikan aliran besar pembiayaan dari bank-bank Tiongkok yang jauh dari standar “pembiayaan hijau”. Selain itu menekan perbankan Tiongkok agar mengadopsi pengamanan yang lebih ketat untuk menghindari pendanaan penggundulan hutan.

“Saat ini hanya ada sedikit implikasi bagi bank yang ditemukan dengan sengaja mendanai penggundulan hutan ilegal di luar negeri,” katanya.

Pada 2017, sistem perbankan Tiongkok mengambil alih sistem perbankan zona euro dan menjadi yang terbesar di dunia berdasarkan aset. Ada juga tanda-tanda pengaruhnya yang tumbuh di negara berkembang lainnya.

Sebuah makalah penelitian dari Bank for International Settlements tahun lalu menemukan bahwa bank-bank China telah menjadi kreditor lintas batas terbesar untuk sekitar setengah dari jumlah negara berkembang dan terus meluas secara global.