Mengapa Populasi Badak Sumatra Semakin Kritis? Ini Penyebabnya.

Penulis : Tim Betahita

Konservasi

Rabu, 12 Mei 2021

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Badak sumatra tinggal satu langkah lagi menuju kepunahan di alam liar. Dalam laporan Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Badak Sumatra 2018-2021 yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, satwa langka ini bahkan bisa lenyap dalam 10 tahun mendatang tanpa adanya aksi konservasi yang revolusioner.

Sebelum abad ke-20, badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) cukup mudah ditemui di seluruh Asia Tenggara, mulai dari pegunungan Himalaya hingga Indonesia. Kini konservasionis memperkirakan jumlahnya kurang dari 100 individu di alam liar dan hanya berada di hutan Sumatra dan Kalimantan.

Selama berdekade, satwa langka ini merupakan subjek perburuan liar. Seperti spesies badak lainnya, badak sumatra diburu untuk mendapatkan culanya. Organ ini banyak digunakan di pengobatan tradisional Asia dan memiliki harga tinggi karena dipercaya dapat menyembuhkan penyakit seperti kanker. 

Faktor lain yang mendesak badak sumatra ke ambang kepunahan adalah hilangnya habitat. Aktivitas manusia seperti pertambangan dan pembukaan perkebunan kelapa sawit telah menerabas hutan yang menjadi rumah bagi satwa ini. Akibatnya, badak pun semakin terisolir dari kelompoknya dan menjadi lebih rentan. 

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: Rhett Butler/Mongabay

Reproduksi yang rendah juga isebut menjadi salah satu penyebabnya. Persebaran yang terisolir menyebabkan perkembangbiakan yang rendah. Akibatnya, ada risiko gangguan pada fungsi reproduksi dan badak pun rentan terhadap abnormalitas pada organ reproduksi (patologi organ reproduksi). Badak pun tidak dapat bereproduksi secara alami.

Studi terbaru oleh Centre for Palaeogenetics di Stockholm menyebut bahwa populasi badak Sumatra yang tersisa di Kalimantan dan Sumatra menunjukkan tingkat reproduksi yang rendah dan keragaman genetik yang lebih tinggi dari perkiraan. Studi ini menjadi harapan baru bagi konservasi badak dengan aplikasi teknologi reproduksi berbantuan (assisted reproductive technology).