Tolak RUU Agraria Masyarakat Adat Amazon Bentrok dengan Aparat

Penulis : Tim Betahita

Agraria

Rabu, 23 Juni 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kelompok Masyarakat Adat beserta aktivis lingkungan Brasil bentrok dengan aparat keamanan di luar Gedung Kongres Brasil. Bentrokan terjadi saat warga asli tanah Brasil itu menentang adanya RUU Agraria yang mereka nilai kontroversial.

Aksi demonstrasi tersebut berujung bentrok dengan pihak kepolisian. Wilayah di sekitar Gedung Kongres Brasil, diselimuti gas air mata. Para anggota parlemen meresponsnya dengan menangguhkan pembahasan RUU tersebut.

Akibat bentrokan, dua orang aktivis dirawat di rumah sakit dengan luka parah. Lebih dari selusin lainnya mengalami luka ringan. Sementara dari pihak kepolisian, setidaknya tiga orang mengalami luka akibat serangan panah.

Kantor berita lokal mengatakan sekitar 500 demonstran mencoba menyerang salah satu pintu masuk Kongres, dan polisi membalas dengan gas air mata, granat kejut dan semprotan merica setelah diserang dengan panah.

Ksatria Awajun dari masyarakat adat Peru yang menempati Lembah Amazon. Foto: Itinkuy.com/Miguel Arreategui

Berbeda versi dengan itu, pihak inisiator menyatakan bahwa protes yang mereka gelar merupakan aksi damai. Pihak kepolisian lah yang bertindak semena-mena.

(Baca: Masyarakat Adat Lembah Amazon dalam Fakta dan Angka)

Dalam video yang diunggah di media sosial, para pengunjuk rasa nampak menunjukkan aksesoris penduduk asli dengan hiasan kepala, bulu tradisional dan cat tubuh. Mereka berteriak, berlari, dan menyeret sesuatu yang tampak seperti pria yang terluka melalui kabut gas air mata.

"Hari ini adalah hari yang meresahkan bagi hak untuk memprotes, dan untuk demokrasi," kata anggota parlemen Joenia Wapichana, anggota kongres pribumi pertama Brasil, dalam konferensi pers, diberitakan AFP yang dikutip ulang kumparan, Rabu (23/6).

Akibat protes tersebut, majelis menangguhkan sesi komite tentang pembahasan RUU Agraria yang salah satu substansinya mengubah aturan tanah adat yang dilindungi.

Kelompok hak masyarakat adat memperingatkan RUU itu akan membuka jalan bagi hal-hal seperti pertambangan, bendungan pembangkit listrik tenaga air dan pembangunan jalan di cagar alam yang sebelumnya dilindungi.

Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro telah mendorong untuk membuka lahan yang dilindungi untuk pembangunan semacam itu sejak menjabat pada 2019.

Kritikus mengatakan itu akan mempercepat perusakan hutan hujan Amazon, sumber daya vital dalam upaya untuk mengekang perubahan iklim.

(Baca juga: HARI BUMI: Sebagian Mobil Eropa Ikut Gunduli Hutan Amazon)