Tambang Jadi Ancaman Paling Berbahaya Bagi Biodiversitas

Penulis : Kennial Laia

Konservasi

Rabu, 30 Juni 2021

Editor :

BETAHITA.ID -  Sektor pertambangan disebut sebagai ancaman paling nyata bagi keberlangsungan biodiversitas Indonesia. Menurut akademisi Universitas Sam Ratulangi Manado Rignolda Djamaluddin, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang merupakan kegiatan yang merusak karena mengubah bentang alam serta mengusir makhluk hidup yang sebelumnya ada di area tambang.

Rignolda mengatakan, tambang harus betul-betul dikaji, sebab analisis dan dokumen lingkungan yang selama ini menjadi prasyarat pun “tidak mampu menjangkau keberlangsungan biodiversitas.”

“Sementara limbah yang sudah terolah dari mining itu menyebabkan berpindahnya organisme dari habitat yang telah rusak itu. Ini catatan serius,” ujar Rignolda dalam diskusi virtual, Senin lalu. 

Selain merusak habitat, aktivitas pertambangan juga menciptakan konflik horizontal serta menghilangkan pengetahuan masyarakat lokal, menurut Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati.

Keanekaragaman hayati bawah laut Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Foto: WCS

Susan mencontohkan, masyarakat pesisir Belitong di Kepulauan Bangka Belitung. “Kita kehilangan cara pandang masyarakat bahari yang sudah turun-temurun. Harusnya kita jaga bagaimana nelayan melihat laut dengan sudut pandang holistik,” kata Susan.

Menurut Susan, kebijakan terkait reklamasi di wilayah pesisir juga menyumbang pada rusaknya keanekaragaman hayati pesisir. Per 2018, tercatat 79 juta hektare lahan reklamasi di seluruh Indonesia. 

“Kalau ada oknum menebang satu atau dua mangrove tidak berbanding lurus dengan konsesi tambang yang keluar dan reklamasi. Kita harus jujur melihat paradoks pembangunan yang mengancam biodiversitas ini,” tegasnya.