Perkenalkan, Samudra Kelima di Dunia, Bernama Selatan

Penulis : Tim Betahita

Konservasi

Minggu, 04 Juli 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Samudra di dunia kini bertambah satu. Namanya Samudra Selatan. Hal ini diklaim oleh ahli para kartografer National Geographic Society, yang mengatakan, samudra bungsu itu merupakan badan air yang mengelilingi Antartika. 

Samudra Selatan diperkenalkan pada 8 Juni lalu, pada hari laut sedunia, menambah yang telah ada yaitu Hindia, Pasifik, Arktik, dan Atlantik. Keempatnya diakui sejak penjelajah National Geographic memulai pemetaan dunia pada 1915.

“Samudra Selatan telah lama diakui oleh para ilmuwan. Tetapi, tanpa persetujuan internasional, kami tidak pernah secara resmi mengakuinya,” kata ahli geografi National Geographic Society Alex Tait. 

Menurut ilmuwan kelautan Seth Sykora-Bodie dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan National Geographic Explorer, siapapun yang pernah ke Samudra Selatan akan sulit mengungkapkan pesona dari wilayah tersebut.

Samudra Selatan yang baru-baru ini diakui sebagai samudra kelima di dunia, terletak di Kutub Selatan dan berbatasan langsung dengan tiga samudra lainnya, yakni Pasifik, Atlantik, dan Hindia.

“Tapi mereka akan setuju bahwa gletsernya lebih biru, udara lebih dingin, dan pegunungannya pun lebih intimidatif, dengan lanskap lebih menawan dari tempat lain yang pernah Anda kunjungi,” tutur Seth.

Sebelumnya para ahli geografi dunia memperdebatkan apakah perairan di sekitar Antartika memiliki karakteristik yang cukup unik sehingga layak mendapatkan nama sendiri, atau hanya sekedar perairan dingin di belahan selatan yang merupakan perpanjangan dari Pasifik, Atlantik, dan Hindia.

Menurut Tait, komite kebijakan pemetaan di National Geographic Society telah mempertimbangkan perubahan nama itu selama bertahun-tahun, sembari mengamati ilmuwan dan pers yang semakin sering menggunakan istilah Samudra Selatan.

Perubahan itu sejalan dengan inisiatif untuk melestarikan lautan dunia, dan memfokuskan kesadaran publik pada suatu wilayah yang secara khusus membutuhkan sorotan konservasi. “Langkah ini merupakan yang terakhir sebagai bentuk pengakuan terhadap perbedaan ekologis samudra baru tersebut,” terang Tait.

Sementara itu ahli biologi laut Sylvia Earle mengatakan Samudra Selatan merupakan satu-satunya yang berbatasan langsung dengan tiga samudra lain dan sepenuhnya merangkul sebuah benua. 

Karakteristik unik Samudra Selatan

Berbeda dengan samudra lain yang ditentukan oleh benua yang memagarinya, Samudra Selatan ditentukan oleh arus.

Ilmuwan memperkirakan bahwa Arus Lingkar Antartika (ACC) terbentuk 34 juta tahun lalu, saat Antartika terpisah dari Amerika Selatan. Hal itu memungkinkan aliran air tanpa hambatan di sekitar dasar Bumi.  

Arus lingkar Antartika mengalir searah jarum jam (dilihat dari Kutub Selatan) dari barat ke timur sekitar Antartika, dalam pita berfluktuasi luas yang secara kasar berpusat di sekitar 60 derajat garis lintang selatan—garis yang telah ditetapkan sebagai batas utara Samudra Selatan. Di dalam ACC, airnya lebih dingin dan sedikit kurang asin dibandingkan air laut di kutub utara.

Membentang dari permukaan ke dasar laut, ACC mengangkut lebih banyak air dari arus laut lainnya. Arus ini menarik air dari Atlantik, Pasifik, dan Hindia, membantu mendorong sistem sirkulasi global yang dikenal sebagai ban berjalan, yang mengangkut panas di sekitar planet bumi. Air dingin dan padat yang tenggelam ke dasar laut Antartika juga membantu menyimpan karbon di laut dalam. Kedua cara ini menjadikan Samudra Selatan memiliki peran penting pada iklim Bumi. 

Saat ini para ilmuwan sedang mempelajari bagaimana perubahan iklim yang didorong oleh aktivitas manusia berdampak pada Samudra Selatan. Menurut para ilmuwan, air laut yang bergerak melalui ACC telah menghangat, namun belum diketahui seberapa besar berpengaruh pada Antartika. Namun saat ini diketahui beberapa pencairan lapisan es kontinen paling cepat terjadi di lokasi terdekat ACC ke daratan.

Saat ini, dengan memagari perairan selatan yang dingin, ACC membantu menjaga Antartika tetap dingin dan Samudra Selatan berbeda secara ekologis. Ribuan spesies hidup di sana dan tidak di tempat lain.

Samudra Selatan “mencakup ekosistem laut yang unik dan rapuh yang merupakan rumah bagi kehidupan laut yang menakjubkan seperti paus, penguin, dan anjing laut,” terang Enric Sala dari National Geographic Explorer in Residence.

Yang lebih menakjubkan, Samudra Selatan juga memiliki dampak ekologis terhadap tempat lain. Paus bungkuk, misalnya, memakan kril dari Antartika dan bermigrasi jauh ke utara pada musim dingin dengan ekosistem yang sangat berbeda dengan Amerika Selatan dan Utara. Beberapa burung laut juga diketahui sering bermigrasi di daerah tersebut.

National Geographic Society menyatakan sorotan terhadap Samudra Selatan dapat membantu menyebarkan kesadaran publik akan konservasi di wilayah tersebut.

Dampak dari industri perikanan terhadap spesies seperti kril dan ikan gigi Patagonia telah menjadi perhatian di Samudra Selatan selama beberapa dekade. Pada 1982, batas penangkapan diberlakukan di daerah tersebut. Area perlindungan laut (MPA) terbesar di dunia ditetapkan di Ross Sea di Antartika Barat pada 2016. Saat ini sejumlah organisasi juga sedang mendorong penambahan kawasan perlindungan laut lainnya untuk melindungi wilayah kritis seperti di Semenanjung Antartika.

“Banyak negara di dunia mendukung perlindungan di wilayah ini dari industri perikanan,” kata Sala.

Keberadaan Samudra Selatan telah diakui lebih dulu oleh International Hydrographic Organization (IHO) dalam buku pedomannya tahun 1937. Pengakuan itu dicabut oleh IHO pada 1953 dengan alasan kontroversi. Sementara itu U.S. Board on Geographic Names, telah menggunakan nama Samudra Selatan sejak 1999. Pada Februari 2020, NOAA secara resmi mengakui Samudra Selatan.

NATIONAL GEOGRAPHIC