Rencana Pembangunan Jalan Trans Ancam Biodiversitas Hutan Papua

Penulis : Sandy Indra Pratama

Satwa

Rabu, 14 Juli 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyatakan terdapat korelasi negatif antara rencana pembangunan jalan Trans Papua dengan kelangsungan hidup aneka ragam hayati di Hutan Papua. Menurut peneliti, secara biologis beberapa spesies di kawasan hutan tropis rentan terhadap pembangunan infrastruktur karena mereka adalah spesies yang secara khusus hidup di hutan pedalaman yang utuh, gelap, lembab serta cenderung menghindari tepi hutan.

Dalam studinya, Walhi mengidentifikasi keterancaman keanekaragaman hayati akibat pembangunan jalan berdasarkan wilayah tinggal flora dan fauna di kawasan hutan konservasi. Berdasarkan Informasi Kawasan Konservasi Region Maluku-Papua, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK (2016), Provinsi Papua memiliki delapan Cagar Alam (CA), tujuh Suaka Margasatwa (SW), tiga Taman Wisata Alam (TWA), dan tiga Taman Nasional (TN).

“Enam di antaranya dilintasi oleh dan berdekatan dengan proyek pembangunan jalan Trans Papua, yaitu CA Enarotali, SM Mamberamo Foja, TN Lorentz, TN Teluk Youtefa, dan TNL Teluk Cenderawasih. Di Papua Barat, satu kawasan konservasi yaitu CA Pegunungan Fakfak juga dilewati oleh Jalan MP-31,” ujar Walhi dalam laporannya.


Studi ini lantas mengelompokkan 'ancaman' terhadap keanekaragaman hayati dalam dua kategori. Kategori pertama, disebut 'terancam' jika pembangunan jalan melewati kawasan konservasi flora dan fauna dengan status endangered dan critically endangered, menurut International Union for Conservation Nature (IUCN) dan berstatus Appendix I menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

Foto udara hutan hujan tropis di Tanah Papua. Foto: thegeckoproject

Kategori kedua disebut 'hampir terancam' jika pembangunan jalan melewati kawasan konservasi flora dan fauna yang dilindungi dengan status selain endangered, critically endangered, dan Appendix I.

Berdasarkan analisis data tumbuhan dan satwa yang dimiliki oleh BBKSDA Papua Barat lalu daftar merah spesies terancam di IUCN, juga sumber data lainnya, Walhi menemukan ada satu flora dan lima fauna berada dalam kategori terancam pembangunan jalan Trans Papua.

Satu spesies flora tersebut yaitu Anggrek Kasut Ungu/Anggrek Kantung (Paphiopedilum violascens). Tanaman ini diketahui hidup di TWA Teluk Youtefa. Keberadaannya berpotensi terdampak oleh pembangunan jalan ruas Wamena-Elelim-Jayapura

Kemudian untuk lima spesies fauna yang masuk dalam kategori terancam yaitu Kanguru Pohon Mbaiso (Dendrolagus Mbaiso), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), Penyu Hijau (Chelonia Mydas), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).

Fauna Kanguru Pohon Mbaiso hidup di TN Lorentz dan CA Ena- rotali, sementara keempat spesies penyu tersebut hidup di TNL Teluk Cenderawasih, TN Lorentz, dan CA Enarotali yang dilewati langsung oleh ruas jalan Wamena-Habema- Mumugu dan ruas Enarotali-Ilaga-Mulia-Wamena. Sedangkan TNL Cenderawasih mendapat efek tepi dari pembangunan ruas jalan Wanggar-Kwatisore-Kampung Muri.


Selain flora dan fauna yang telah disebutkan, studi Walhi juga menemukan satu flora dan enam belas fauna yang berpotensi mengalami penurunan populasi akibat keberadaan jalan.

Mereka adalah sejumlah spesies yang berstatus data deficient, least concern, near threatened, dan vulnerable menurut IUCN, dan yang berstatus Appendix II, III, dan Non-Appendix menurut CITES.

Spesies-spesies ini tersebar di beberapa kawasan konservasi yang dilalui dan terdampak oleh pembangunan jalan MP-31. Jika pembangunan jalan meningkatkan aktivitas pembangunan dan perburuan, ekosistem flora dan fauna ini akan semakin terancam dan berpotensi mengalami peningkatan status seperti dari vulnerable menjadi endangered, atau dari Appendix II menjadi Appendix I.

Studi Walhi juga mengidentifikasi bahwa ruas jalan Wamena-Habema-Mumugu dan Enarotali-Ilaga-Mulia-Wamena paling berpotensi mengancam keanekaragaman hayati. Kedua ruas jalan ini secara langsung melewati kawasan konservasi TN Lorentz dan CA Enarotali, yang menyebabkan spesies Kanguru Pohon Mbaiso yang menempati kedua wilayah tersebut berada dalam posisi semakin terancam punah.

Apalagi jumlah spesies kanguru yang satu ini diperkirakan hanya tersisa tak lebih dari 15 ekor saja.

Ruas jalan selanjutnya adalah Wamena-Elelim- Jayapura karena melewati SM Mamberamo Foja dan berpotensi mempengaruhi keanakeragaman hayati di TWA Teluk Youtefa dalam jangka panjang.

Selain Wamena- Elelim-Jayapura, ruas Fakfak-Windesi juga dinilai cukup mengancam karena melewati CA Pegunungan Fakfak.

Di luar 24 aneka flora dan fauna tersebut, tentu masih ada banyak satwa dan tumbuhan lainnya yang sedang dan diduga akan terancam akibat keberadaan jalan. Sebagaimana laporan IUCN (2015), perburuan menjadi salah satu ancaman yang lebih besar dari semua masalah lain, karena sangat sulit untuk dipantau dan dideteksi.