Greenpeace: Cina Berisiko Dilanda Cuaca Ekstrem

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Jumat, 16 Juli 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Greenpeace Asia Timur memperingatkan Tiongkok akan bahayanya risiko peningkatan suhu yang ekstrem. Organisasi lingkungan itu mengatakan beberapa kota utama China, termasuk ibu kota Beijing dan kota terpadatnya, Shanghai, diperkirakan akan menghadapi musim panas yang lebih panas dan lebih lama.

Pernyataan itu tertulis dalam studi baru Greenpeace, yang memetakan kondisi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim di Cina. Menurut Liu Junyan, pemimpin proyek iklim dan energi untuk Greenpeace di Beijing, bulan-bulan di musim penghujan pun nantinya akan lebih basah.

Risiko panas ekstrem dan curah hujan saat ini di CIna, kata Liu, sudah memasuki level tertinggi. Dari temuan itu berarti akan lebih banyak paparan gelombang panas di sana, yang berbahaya bagi orang tua dan mereka yang bekerja di luar ruangan.

“Ditambah lagi banjir yang lebih besar di kota-kota seperti Beijing dan Shanghai,” ujar Liu dalam laporan tertulis Greepeace seperti yang dikutip kantor berita Al Jazeera.

Ilustrasi perubahan iklim. (Sandy Indra Pratama| Betahita)

Liu mengatakan dirinya sudah meminta pihak berwenang untuk mengadopsi lebih banyak langkah-langkah efektif untuk mempersiapkan kondisi itu. “Area perkotaan masih belum sepenuhnya memahami berbagai perubahan, area mana yang akan berdampak, dan bagaimana cara menghadapinya,” katanya.

Studi ini menemukan bahwa Beijing mengalami "peningkatan terbesar" dalam suhu rata-rata. Suhu naik pada tingkat 0,32 derajat Celcius (0,58 derajat Fahrenheit) setiap 10 tahun, dengan frekuensi gelombang panas meningkat dalam level "cukup" sejak tahun 2000.

Dengan memperhitungkan puncak emisi global yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 2040, peningkatan suhu di beberapa bagian Beijing dapat melebihi 2,6 C (4,7 F) pada tahun 2100. Musim panas pun akan menjadi lebih lama 28 hari.

“Untuk Beijing, kami tahu kenaikan suhu ini akan mencapai 35 derajat Celcius, bahkan lebih panas,” ujarnya. “Yang terpenting untuk dipahami, kenaikan 2,6 derajat berarti lebih banyak paparan gelombang panas.”

Para lanjut usia, menjadi kalangan yang paling berisiko, sama seperti orang-orang yang melakukan pekerjaan berat di luar ruangan. “Seperti pekerja konstruksi dan pengemudi pengiriman,” ujarnya menambahkan.

Pada bulan Februari tahun ini, suhu melonjak hingga 25,5 C (78 F) di beberapa daerah. Ini jadi suhu tertinggi yang tercatat selama musim dingin.Greenpeace mengatakan musim panas juga akan diperpanjang antara 24 dan 28 hari di Shanghai dan lebih dari 40 hari di provinsi Guangdong selatan.

Beberapa bagian dari provinsi Shanghai dan Guangdong juga akan mengalami kenaikan lebih dari 25 persen dalam curah hujan yang ekstrim, sementara wilayah barat laut akan mengalami lebih banyak kekeringan.