Kebakaran Terus Merambat di Eropa, dari Turki Hingga Italia

Penulis : Tim Betahita

Karhutla

Rabu, 04 Agustus 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kebakaran terus merambat di Eropa bagian selatan dan tenggara seiring dengan meningkatnya frekuensi gelombang panas yang dinilai sebagai gelombang panas terburuk dalam beberapa dekade terakhir di kontinen tersebut. 

Di Turki, kebakaran lahan telah memasuki hari ke-delapan, dan telah menyebabkan delapan korban jiwa. Situasi di negara tersebut memburuk ketika presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan menyatakan negara tersebut tidak memiliki pesawat pemadam api. Namun, Uni Eropa telah menjanjikan akan mengirimkan bantuan pesawat pemadam api kepada otoritas Istanbul.

Luas kebakaran hingga saat ini mencapai 95,000 hektare untuk tahun 2021, jika dibandingkan dengan rata-rata luas kebakaran 13,516 pada periode waktu yang sama sejak 2008-2020. 

Di bagian selatan Eropa, kebakaran lahan melanda Yunani, Spanyol, dan Italia. Suhu meningkat di atas 40C dan memaksa evakuasi ratusan warga.

Titik api di Turki satu minggu terakhir. Foto: Tangkapan layar satelit FIRMS

Kebakaran besar di Yunani dimulai pada Sabtu lalu, 31 Juli 2021, di sekitar Patras, bagian barat Yunani. Lima desa dievakuasi dan delapan warga masuk rumah sakit karena mengalami luka bakar dan masalah pernapasan.

Sementara itu Cyprus siaga dengan pesawat bom air setelah mengalami kebakaran bulan lalu.

Di Italia, lima mengalami luka-luka, dan lebih dari 30 individu menghirup asap. Turis di wilayah tersebut juga dievakuasi setelah kebakaran melanda hutan pinus di dekat pantai di Pescara, Italia.

Italia mencatat lebih dari 800 titik kebakaran, sebagian besar di Sisilia, menurut data otoritas lokal. Ratusan turis dan penduduk mengungsi dari rumah mereka setelah rangkaian kebakaran terjadi di Palermo dan Catania.

“Kita mengalami tahun-tahun yang sulit dalam sejarah memerangi kebakaran hutan, namun tahun ini kemungkinan akan menjadi yang terburuk,” kata kepala perlindungan sipil Italia, Fabrizio Curcio.

Profesor bidang krisis iklim di University of Bristol, Dann Mitchell, mengatakan bahwa gelombang panas di wilayah tenggara Eropa “sama sekali bukan kejutan, dan sangat mungkin meningkat karena perubahan iklim akibat aktivitas manusia.”

 

THE GUARDIAN, AP