Krisis Iklim: Gunung Tertinggi di Swedia Menyusut

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Senin, 23 Agustus 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Para ilmuwan menemukan fenomena unik di Kebnekaise, gunung tertinggi di Swedia. Hasil pengukuran terbaru menunjukkan adanya penyusutan ketinggian akibat pemasan global yang tak henti-hentinya.

“Perubahan iklim memiliki kekuatan untuk memindahkan gunung dalam artian mengubah ketinggiannya,” ujar Annika Granebeck, Manajer stasiun Tarfala, saat mengukur ketinggian di puncak Kebnekaise pada 14 Agustus 2021.

Perubahan ketinggian ini, menurut Annika, terus menyusut ke tingkat yang lebih rendah dalam beberapa dekade.

Berdasarkan catatan pengukuran, Kebnekaise sebagai titik daratan tertinggi di Swedia, berdiri setinggi 2.120 meter (6.955 kaki) di atas permukaan laut pada tahun 1968 ketika pengukuran semi-tahunan dimulai. Setelah itu, ketinggian puncak es berfluktuasi karena berbagai kondisi cuaca dan iklim, termasuk faktor curah hujan.

Annika Granebeck, Manajer stasiun Tarfala, saat mengukur ketinggian di puncak Kebnekaise pada 14 Agustus 2021. (Erik Schytt Mannerfelt/ScienceAlert)

Namun sejak akhir 1990-an, lintasan penurunan secara keseluruhan menjadi jelas dalam data. Misal pada tahun 1996, puncak selatan tinginya mencapai 2.118 meter artinya turun dari pengukuran sebelumnya. Lalu turun lagi menjadi 2.110 meter pada tahun 1998.

Pada tahun 2011, turun di bawah 2.100 meter – mencapai 2.099,7 – dan sejak itu tren terus berlanjut. Pada tahun 2018, puncak selatan kehilangan gelar sebagai titik tertinggi Swedia.

Kini, puncak itu berdasarkan kajian para peneliti di Universitas Stockholm berada di 2.094,6 meter di atas permukaan laut. “Danpara peneliti tidak heran mengapa ini terjadi,” ujar Annika.

Dalam sebuah studi baru yang merinci sejarah pengamatan ketinggian dan perubahan gletser di Kebnekaise, para peneliti mengatakan bahwa data menunjukkan adanya pembentukan kembali massa yang kompleks di puncak dan tercapainya rekor terendah dari daratan Kebnekaise -yang dulunya puncak tertinggi- terlihat mewakili sebagai "awal masalah baru”.

ScienceAlert |