Kim Jong-un Paksa Pejabatnya Tangani Perubahan Iklim

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Selasa, 07 September 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyerukan tindakan segera terhadap perubahan iklim. Dia meminta para pejabatnya untuk menangani masalah pasokan makanan dan menyoroti bahaya perubahan iklim.

Seperti dilaporkan BBC, Sabtu lalu, bencana topan pada tahun lalu berdampak buruk pada tanaman penting di Korut. Sementara kekeringan selama berminggu-minggu diikuti oleh hujan monsun yang lebat telah merusaknya tahun ini juga.

Kim mengatakan langkah-langkah untuk mengatasi "iklim tidak normal" diperlukan, dan meminta juga pejabat untuk mengatasi kekeringan dan banjir. Seruan Kim disampaikan lewat pidatonya di Politbiro partai yang berkuasa pada Kamis pekan lalu.

Kim mengatakan bahaya perubahan iklim telah menjadi lebih tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga menambahkan bahwa "tindakan mendesak" perlu diambil.

Mural Pemimpin Utama Korea Utara Kim Jong Un. (Flickr)

“Perbaikan sungai, penghijauan untuk pengendalian erosi, pemeliharaan tanggul dan proyek tanggul pasang, harus diprioritaskan,” ujar Kim seraya menyerukan perbaikan infrastruktur pengelolaan banjir Korut.

Terlepas dari kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam, ekonomi Korea Utara telah terpukul keras oleh sanksi internasional, serta penutupan perbatasan dan penguncian keras untuk mencegah penyebaran Covid.

Meskipun belum melaporkan kasus Covid-19, Korea Utara telah menutup perbatasannya dan memberlakukan penguncian. Penutupan perbatasan telah memengaruhi impor penting dari Tiongkok.

"Memperketat pencegahan epidemi adalah tugas terpenting yang tidak boleh dilonggarkan bahkan dalam situasi saat ini," kata Kim, menurut media pemerintah.

Awal pekan ini, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan Korea Utara telah menolak tawaran hampir tiga juta dosis vaksin Covid-19. Seorang juru bicara mengatakan Korut telah meminta agar vaksin dialokasikan ke negara-negara yang terkena dampak lebih parah mengingat kekurangan vaksin global.