Hari Udara Bersih Dunia: Kala Polusi Udara Kota Memangkas Usia

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Selasa, 07 September 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  PBB menetapkan 7 September merupakan Hari Udara Bersih Internasional. Tema tahun ini adalah “Healthy Air, Healthy Planet”, di mana PBB menekankan aspek kesehatan dari polusi udara, terutama pada masa pandemi COVID-19.

Udara yang bersih sangat mempengaruhi kualitas hidup setiap makhluk, termasuk manusia. Tak heran kebutuhan udara bersih menjadi salah satu hak asasi manusia.

World Health Organization (WHO) menyebutkan, polusi udara merupakan pembunuh senyap atau silent killer bagi manusia. Polutan dalam polusi udara, dapat menginfeksi tidak hanya paru-paru, tetapi juga jantung dan otak.

Polutan yang terdiri dari arsenik, timbal, nitrat, karbon organik, sulfat, dan karbon hitam, bisa menembus pembuluh darah dan menyebabkan sumbatan. Lalu, sumbatan tersebut dapat menyebabkan stroke.

Aktivis menggelar aksi teatrikal untuk memprotes memburuknya polusi udara Jakarta di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2019/Greenpeace Indonesia

Tidak hanya kesehatan, polusi udara berdampak pada iklim. Polutan iklim berumur pendek (SLCP) adalah salah satu polutan yang paling berdampak pada kesehatan dan pemanasan global. Polutan ini bertahan di atmosfer selama beberapa hari bahkan hingga beberapa dekade sehingga perlu adanya tindakan untuk menyelamatkan kesehatan dan iklim.

Harapan Hidup warga Indonesia di tengah Polusi Udara

Sayangnya, peringatan Hari Udara Bersih belum disadari dengan baik di Indonesia. Berdasarkan Air Quality Life Index (AQLI) tahun 2020, kualitas udara di Indonesia masih buruk, menduduki peringkat ke-20 di dunia.

Jika mengikuti pedoman WHO, polusi udara dapat memperpendek umur orang Indonesia hingga 2 tahun. Namun, di beberapa wilayah Indonesia kota-kota memiliki rata-rata kualitas udara yang lebih buruk, hingga dinilai dapat memperpendek umur lwarganya ebih dari 6 tahun.

Sebanyak 91 persen dari 268 juta masyarakat Indonesia, tinggal di wilayah dengan polusi udara yang buruk. Jawa Barat merupakan provinsi dengan polusi udara tertinggi di Indonesia.

Kualitas udara di Jawa Barat dapat memotong kehidupan 48 juta orang dalam 4,1 tahun. Sementara, kota Depok menjadi kota dengan polusi udara terburuk yang dapat mengurangi umur masyarakat di sana sebanyak 6,4 tahun.

Berikut 10 kota dengan harapan hidup terpendek akibat polusi udara menurut AQLI:

1. Depok
Kualitas udara Depok menjadi kota dengan polusi udara terburuk yang dapat memperpendek umur 6,4 tahun

2. Kota Bogor
Kualitas udara Kota Bogor dapat memperpendek umur 6,3 tahun

3. Kabupaten Bogor
Kualitas udara Bogor dapat memperpendek umur 6,1 tahun

4. Waduk Cirata (Purwakarta)
Kualitas udara Waduk Cirata dapat memperpendek umur 5,8 tahun

5. Bandung Barat
Kualitas udara Bandung Barat dapat memperpendek umur 5,8 tahun

6. Cimahi
Kualitas udara Cimahi dapat memperpendek umur 5,8 tahun

7. Kota Bandung
Kualitas udara Kota Bandung dapat memperpendek umur 5,8 tahun

8. Kabupaten Bandung
Kualitas udara Bandung dapat memperpendek umur 5,6 tahun

9. Jakarta Selatan
Kualitas udara Jakarta Selatan dapat memperpendek umur 5,5 tahun

10. Jakarta Timur
Kualitas udara Jakarta Timur dapat memperpendek umur 5,5 tahun

Tidak hanya Jawa Barat, Jakarta dan Banten memiliki polusi udara yang tinggi. Jakarta yang menjadi ibukota dan rumah bagi 11 juta orang, memiliki pencemaran polusi enam kali lipat dari pedoman WHO. Jika tidak diatasi, penduduk Jakarta akan kehilangan harapan hidup 5,5 tahun.

Selain kendaraan, batu bara, pabrik industri, dan pembakaran biomassa merupakan sumber polusi udara musiman yang intens di sebagian besar wilayah. Di Pulau Sumatera dan Kalimantan, kebakaran hutan dan lahan gambut, seringkali dilakukan secara ilegal untuk membuka lahan pertanian, menciptakan peristiwa gambut asap tahunan. Membuat penduduk di sekitar terpapar polusi dengan jangka waktu yang panjang.

Palangkaraya dan Palembang, sekitarnya, konsentrasi partikulat rata-rata 10 tahun adalah sekitar tiga kali lipat dari pedoman WHO. Harapan hidup penduduk kota-kota ini adalah 2 tahun lebih rendah dibandingkan rata-rata pedoman WHO. Selain itu, kebakaran menyebabkan polusi lintas batas yang berdampak signifikan untuk negara-negara yang melawan arah angin di Indonesia.

Kebijakan melawan Polusi perlu diterapkan

Jika melihat dari negara Tirai Bambu, Tiongkok memiliki progres yang sangat baik sejak mendeklarasikan “perang melawan polusi” pada 2014. Setiap kota memangkas 30 persen polusi sehingga dapat meningkatkan harapan hidup 1,5 tahun, jika terus berlanjut. Sementara di India mulai mendeklarasikan perangnya pada Januari 2019 dengan target pengurangan 20-30 persen, berpotensi meningkatkan harapan hidup 1,8 tahun.

Indonesia sendiri memiliki peluang yang untuk mencapai tujuan yang sama. Jika Indonesia mampu mencapai pengurangan polusi seperti di Tiongkok, harapan hidup Indonesia bisa 1,2 tahun lebih lama dan 0,7 tahun jika mencapai target seperti India. 

Penulis: Syifa Dwi Mutia, reporter magang di betahita.id