Studi: Stimulus Covid-19 Lipat Gandakan Subsidi Fosil Indonesia

Penulis : Tim Betahita

Energi

Kamis, 14 Oktober 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Laporan terbaru International Institute for Sustainable Development’s Global Subsidies Initiative (IISD) menilai, paket pemulihan ekonomi 2020 Indonesia tidak sejalan dengan target perubahan iklim. Sebaliknya, kebijakan pemerintah meningkatkan subsidi bahan bakar fosil.

Menurut IISD, dari Rp 108,5 triliun stimulus fiskal yang diberikan untuk sektor energi Indonesia dalam program  Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Rp 95,3 triliun diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara  (BUMN) yang menggunakan bahan bakar fosil secara intensif.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa subsidi bahan bakar fosil yang sudah tinggi juga meningkat lebih dari dua kali lipat dengan pemberian subsidi lewat program PEN.

Subsidi energi saat ini, menurut para ahli IISD, tidak hanya  mendorong konsumsi yang boros tetapi juga terutama menguntungkan orang kaya dan memiliki  dampak negatif secara sosial, ekonomi, lingkungan, dan kesehatan.

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga uap batu bara. Foto: Getty Images

Stimulus ini lebih banyak menguntungkan industri fosil daripada industri energi bersih, mengingat bahan bakar fosil ini  masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Namun demikian, kebanyakan  subsidi fosil dinikmati oleh rumah tangga mampu dan kaya dengan konsumsi berlebihan.

“Pemulihan ekonomi di Indonesia masih kurang hijau. Sebab Indonesia belum memanfaatkan peluang yang ada untuk menyelaraskan  pemulihan ekonomi dengan target iklim karena masih fokus mendukung bahan bakar fosil di  Indonesia,” kata Theresia Betty Sumarno, penulis  utama laporan, Selasa, 12 Oktober 2021.

 “Dengan merangkul dan memberi insentif pada energi terbarukan sebagai bagian dari  rencana pemulihan ekonomi nasional, Indonesia dapat membawa perubahan di sektor energi, mendorong perekonomian, dan mengatasi perubahan iklim. Tidak ada kata terlambat untuk mencapai target emisi yang ambisius,” jelasnya. 

Laporan tersebut juga menyoroti potensi energi terbarukan Indonesia. Ahli dari IISD mencatat bahwa pada 2019 saja, sektor energi terbarukan telah menciptakan 0,5 juta lapangan kerja di Indonesia, berdasarkan studi International Renewable Energy pada 2020.

Mereka menekankan bahwa dengan mereformasi subsidi bahan bakar fosil dan merealokasikan dana ke energi terbarukan, Indonesia dapat menghasilkan pendapatan untuk  pemulihan ekonomi dan memberikan dukungan langsung kepada mereka yang paling terdampak

“Mendedikasikan uang pemulihan ekonomi nasional untuk mempromosikan sektor energi  terbarukan adalah sebuah kemenangan ganda bagi Indonesia,” kata rekan penulis Lourdes Sanchez dari IISD.

“Ini tidak hanya dapat menciptakan lapangan kerja dan membantu pemulihan ekonomi,  tetapi juga akan mendukung target ambisi perubahan iklim dan energi terbarukan yang sangat  penting bagi kemakmuran masa depan.” 

Saat ini banyak negara di dunia telah menggunakan energi terbarukan sebagai bagian dari upaya  pemulihan ekonomi. Namun, laporan tersebut menggarisbawahi bagaimana Indonesia tetap memberikan dukungan besar pada sektor energi fosil, ketimbang energi terbarukan.

Pakar IISD menyoroti bahwa meskipun Indonesia berada di bawah target energi bersih mereka,  pemerintah tetap dapat memicu dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan dengan memberikan dana pemulihan untuk energi terbarukan.

Laporan tersebut merekomendasikan agar Indonesia melakukan pemulihan hijau yang menyelaraskan ekonomi dengan aksi iklim. Penghapusan subsidi bahan bakar fosil dan transisi ke energi terbarukan bisa menjadi tahap awal.

“Jika kita tidak bertindak cepat, dampak perubahan iklim akan menjadi bencana besar. Sangat  penting bahwa paket pemulihan Covid-19 mendorong target iklim yang ambisius,” kata Theresia

“Saat ini, Indonesia memiliki peluang untuk mengakhiri subsidi bahan bakar fosil, mendukung  energi terbarukan, dan menciptakan ekonomi yang lebih kuat untuk masa depan,” pungkasnya.