Satu dari 12 Orang Indonesia Kekurangan Gizi

Penulis : Syifa Dwi Mutia

Lingkungan

Senin, 18 Oktober 2021

Editor :

BETAHITA.ID -  Hari Pangan Sedunia tidak hanya sebagai pengingat akan pentingnya apa yang dikonsumsi semua orang di planet ini, tetapi juga “seruan untuk bertindak untuk mencapai ketahanan pangan di seluruh dunia”, kata Sekjen PBB dalam pesannya yang menandai peringatan Hari Pangan Sedunia, akhir pekan lalu..

Diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Oktober, Sekretaris Jenderal António Guterres menunjukkan bahwa saat ini, hampir 40 persen umat manusia, sekitar tiga miliar orang, tidak mampu makan dengan sehat.

Sementara itu, Indonesia kini berada di posisi 65 dari 145 negara dalam status ketahanan pangan berdasarkan Global Food Security 2019 dan menjadi peringkat ke 62 pada 2020. 

Ahli Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Ir. Drajat Martianto M. Si, mengatakan rendahnya tingkat ketahanan pangan ini akibat kurangnya konsumsi sumber hewani, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

Ilustrasi krisis pangan. Foto: Genetic Literacy Project

Nyatanya, berdasarkan analisis Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) satu dari 12 orang di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Ini merupakan salah satu penyebab dari pertumbuhan yang lambat atau stunting pada anak-anak akibat konsumsi kalori dan nutrisi yang tidak mencukupi.

Walaupun terdapat tren kenaikan ketahanan pangan yang selaras dengan situasi ekonomi yang membaik di beberapa tahun terakhir, Drajat mengatakan tidak menutup kemungkinan akan menjadi bertambah parah akibat Covid-19.

Berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan, masih ada kesenjangan ketahanan pangan di beberapa wilayah di Indonesia khususnya di bagian timur. Namun, Drajat mengingatkan bahwa bukan berarti di bagian Indonesia yang lain aman dalam ketahanan pangan karena masalah ini kompleks dan berkaitan dengan ekonomi setiap masyarakat.

“Ini masalahnya kompleks, terutama stunting. Ini disebabkan tidak hanya konsumsi pangan yang tidak memadai, tetapi juga kebersihan dan sanitasi yang buruk terutama tidak tersedianya air bersih. Selain itu, kekurangan gizi juga disebabkan oleh asupan yang kurang dari rekomendasi menteri gizi yang atau dinamakan Angka Kecukupan Pangan,” jelas Drajat dalam webinar bertema “Masa Depan Pangan di Tangan Kita.”

Drajat menuturkan, Angka Kecukupan Pangan berkaitan dengan harga pangan yang bergantung pada daya beli, pendapatan rumah tangga, harga pangan, dan tingkat kemiskinan, ini menjadi faktor-faktor lainnya.

“Semua harus melakukan perubahan perilaku besar-besaran melalui edukasi dan media sosial,” kata Drajat.

Selain perubahan perilaku, strategi lain yang dipaparkan oleh Drajat yakni peningkatan dukungan sistem pangan, penguatan regulasi, optimalisasi pendanaan, pemanfaatan food loss and waste, pengembangan food loss and food waste studi & pendataan.

Penulis merupakan reporter magang di betahita.id