Ilmuwan Boikot Museum Penerima Dana Perusahaan Bahan Bakar

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Senin, 22 November 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Sebanyak 40 akademisi dan ilmuwan senior di Inggris menyatakan untuk tidak bekerja dengan museum ilmu pengetahuan yang memiliki hubungan keuangan dengan perusahaan bahan bakar fosil. Sejumlah ilmuwan yang bekerja di museum tersebut memilih mengundurkan diri dari jabatannya.

Surat terbuka yang diunggah di Culture Unstained, organisasi penelitian dan kampanye untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil. Beberapa terkemuka, termasuk mantan ketua badan iklim PBB, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/ IPCC), dan ilmuwan membubuhkan namanya dalam aksi ini. 

Mereka sangat prihatin tentang kesepakatan sponsor bahan bakar fosil dan memutuskan hubungan dengan museum sampai moratorium diumumkan. 

“Kita berada dalam krisis iklim dan seharusnya tidak melakukan apa pun untuk melegitimasi perusahaan-perusahaan yang masih menghasilkan emisi dengan melakukan eksplorasi dan ekstraksi sumber bahan bakar fosil baru. Ilmu pengetahuan telah menjelaskan jelas bahwa kita harus meninggalkannya di tanah,” tulis surat tersebut seperti dikutip dari The Guardian. 

Aktivis lingkungan dan iklim dari berbagai dunia turut berkumpul di Glasgow selama COP26 untuk menyuarakan perubahan sistem kapitalistik yang diyakini mendorong terjadinya perubahan iklim. Foto: Istimewa

Sikap ini merupakan tekanan terakhir yang dilakukan oleh para ilmuwan. Beberapa ilmuwan sebelumnya telah mengundurkan diri dari jabatannya di beberapa museum Inggris karena berhubungan dengan perusahaan Shell. Pihak museum juga melakukan kerjasama dengan perusahaan energi terbarukan Adani Green Energy, bagian dari Grup Adani, yang memiliki saham besar di batu bara. 

Minggu ini Guardian mengungkapkan bagaimana dua ilmuwan menolak untuk mengizinkan karya mereka ditampilkan oleh museum.

Jess Worth dari Culture Unstained, mengatakan Museum Sains terus mengabaikan semua kritik terhadap kemitraan bahan bakar fosilnya. “Pada kenyataannya museum itu menghadapi krisis yang mendalam, kepercayaan dari komunitas ilmiah dan kehilangan kepercayaan publik,” ucap dia. 

Selain pekerja dan kelompok pernah bekerjasama dengan museum sebagai pembicara, penasihat, kontributor pameran atau peserta dalam acara dan festival, juga telah menandatangani surat tersebut.

Bulan lalu ilmuwan iklim Prof Chris Rapley, mantan direktur Museum Sains, mengundurkan diri selaku dewan penasihat dan mengatakan tidak setuju dengan kesediaan berkelanjutan untuk menerima sponsor perusahaan minyak dan gas. Lalu Hannah Fry, seorang profesor matematika kota di University College London, dan Jo Foster, direktur lembaga amal Research in Schools - mengundurkan diri dari dewan museum sebagai protes atas kesepakatannya dengan Adani.

Fry menyebutkan Museum Sains memberikan kesan yang salah bahwa para ilmuwan percaya bahwa upaya perusahaan bahan bakar fosil saat ini cukup untuk menghindari bencana. 

Ketua dewan pengawas di Science Museum Group, Dame Mary Archer, mengatakan pembelaannya untuk menolak argumen memutuskan semua hubungan dengan sektor energi. Menurutnya perusahaan energi yang terlibat dengan bahan bakar fosil juga memiliki keterampilan, uang, dan jangkauan geografis untuk menjadi bagian besar dari beberapa solusi. 

“Jadi, di mana sebuah perusahaan menunjukkan keinginan untuk berubah, tim kepemimpinan kami percaya adalah sah untuk terus terlibat, sambil mendesak perusahaan-perusahaan ini untuk menunjukkan lebih banyak kepemimpinan dalam mempercepat peralihan ke energi terbarukan daripada bahan bakar fosil,” kata dia. 

Archer mengakui ada "perdebatan internal yang kuat" tentang masalah di museum dan mengatakan dia sepenuhnya menghormati kritik yang tidak setuju dengan posisi manajemen. 

Seorang juru bicara Shell membela hubungannya dengan museum dengan mengatakan mengatasi krisis iklim akan membutuhkan kolaborasi antara bisnis, pemerintah, konsumen, dan masyarakat sipil. Mereka mengatakan perusahaan memiliki "strategi transisi energi yang komprehensif. 

Sementara dari Adani Group belum memberikan komentar mengenai hal ini.