Banjir terjang Garut dan Bima, Ratusan Warga Mengungsi

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Minggu, 28 November 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan terjadinya banjir bandang di Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (27/11). Tercatat, sebanyak 30 kepala keluarga atau 105 jiwa mengungsi dampak banjir bandang tersebut.

Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Hadi Rahmat mengatakan banjir bandang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Banjir ditandai dengan derasnya hujan yang mengguyur Kabupaten Garut sejak pukul 14.00 WIB.

"Sehingga debit air sangat tinggi dan terjadi luapan Sungai Citameng. Hal ini menyebabkan jalan yang menghubungkan Desa Sukamukti dan Desa Mekarwangi yaitu Jembatan Cinangsi terendam dan tidak bisa dilalui," katanya, Sabtu (27/11).

Dampak dari kejadian banjir tersebut, antara lain satu unit rumah rusak ringan.

ilustrasi banjir bandang di Garut. (Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB)

Banjir di Garut itu juga merendam satu tempat ibadah, dua sarana pendidikan dan satu unit fasilitas kesehatan.

Hadi mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun ratusan warga terpaksa mengungsi ke tempat aman.

"Sebanyak 30 KK ayat 105 jiwa terdampak. Warga terdampak mengungsi ke rumah saudara," ujarnya.

Hadi menyebut kondisi terkini, air berangsur-angsur surut. Namun, sejumlah pengungsi membutuhkan bahan pokok.

"Kebutuhan mendesak berupa sembako, sandang, alat kebersihan, perlengkapan sekolah, dan perlengkapan dapur," ucapnya.

Berdasarkan Analisis inaRISK, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan, terdapat 30 kecamatan di wilayah Kabupaten Garut dengan potensi bahaya banjir pada kategori sedang hingga tinggi. Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat untuk selalu bersiaga terhadap banjir susulan.

Sementara itu di hari yang sama Hujan dengan intensitas tinggi juga mengguyur wilayah Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (27/11), pukul 13.29 waktu setempat menyebabkan debit air Sungai Kendo meluap sehingga menyebabkan 248 rumah warga terendam banjir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima melaporkan delapan kelurahan pada empat kecamatan terdampak banjir, antara lain Kelurahan Kendo, Ntobo dan Penaraga di Kecamatan Raba; Kelurahan Nungga di Kecamatan Rasanae Timur; Kelurahan Jatibaru Barat dan Melayu di Kecamatan Asakota serta; Kelurahan Na'e dan Sarae di Kecamatan Rasanae Barat.

Banjir dengan tinggi muka air 10 sampai 40 sentimeter juga merendam satu hektar lahan pertanian. BPBD setempat melaporkan kondisi terkini pada Sabtu (27/11) pukul 20.43 waktu setempat, hujan telah berhenti mengguyur wilayah Kota Bima dan banjir telah surut yang menyisakan material lumpur dan sampah.

BPBD setempat bersama tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, aparat desa dan warga setempat telah melakukan peninjauan langsung di wilayah terdampak serta melakukan monitoring paska kejadian.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang pada 27 sampai 29 November 2021 di wilayah Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, Kota Bima, Dompu. Adapun peringatan dini gelombang tinggi yang mencapai 2 meter atau lebih di Selat Lombok bagian Selatan, Selat Alas bagian Selatan dan Samudera Hindia.

Kajian inaRISK menunjukkan Kota Bima memiliki potensi bahaya banjir pada tingkat sedang hingga tinggi yang berdampak pada lima kecamatan, meliputi Kecamatan Raba, Rasanae Timur, Asakota, Rasanae Barat dan Mpunda.

Merespons hal tersebut, BNPB mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah dengan memantau prakiraan cuaca melalui laman BMKG dan memeriksa potensi bencana di wilayah sekitar melalui inaRISK.

Perangkat daerah setempat bersama warga setempat dapat melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan dengan membersihkan saluran dan daerah resapan air, material yang menghalangi aliran air di sekitar sungai, melakukan susur sungai dengan tim ahli, serta mempersiapkan rencana kedaruratan seperti tempat evakuasi dan peralatan pendukung penanganan bencana.

Pemerintah daerah setempat juga dapat melakukan monitoring peningkatan debit air ketika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi sehingga upaya tanggap darurat banjir dapat dilakukan. Masyarakat diimbau untuk dapat mengikuti instruksi pemda setempat dalam upaya penanganan banjir dan tidak terpengaruh arus informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.