Demi Hidupkan Industri, Filipina Akhiri Larangan Tambang Terbuka

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Tambang

Jumat, 07 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Filipina telah mencabut larangan empat tahun terhadap penambangan terbuka untuk tembaga, emas, perak dan bijih kompleks, kata seorang pejabat pada Selasa, menandai langkah kebijakan penting kedua tahun ini sebagai pemerintah mencoba merevitalisasi industri.

Sekretaris Lingkungan dan Sumber Daya Alam Roy Cimatu telah menandatangani perintah administratif untuk mencabut larangan tersebut, kata Direktur Biro Pertambangan dan Geosains Wilfredo Moncano, dilansir dari Reuters.

Pemerintah memberlakukan larangan tersebut pada tahun 2017, ketika kementerian, yang mengawasi industri pertambangan, dipimpin oleh seorang advokat anti-pertambangan yang menyalahkan sektor tersebut atas kerusakan lingkungan yang luas.

Setelah beberapa tahun kebijakan restriktif yang dituding membuat industri mandek, pemerintah kini menginginkan proyek pertambangan yang terhenti dan baru untuk menarik investasi dan membantu merangsang ekonomi yang dilanda pandemi.

Pemandangan stok bijih nikel di tambang DMCI Mining Corporation di Sta Cruz Zambales di Filipina utara 7 Februari 2017./Foto: REUTERS/Erik De Castro/File Photo

Pada April, Presiden Rodrigo Duterte mencabut moratorium perjanjian mineral baru yang diberlakukan pada 2012. Penambangan terbuka tetap menjadi metode ekstraksi mineral yang diterima secara global, kata Moncano.

Pendahulu Cimatu di departemen lingkungan, Regina Lopez, telah memberlakukan larangan tersebut, membuat marah para penambang yang berpendapat bahwa deposit tembaga dan emas negara yang besar hanya dapat dieksploitasi melalui penambangan terbuka.

Tetapi para aktivis lingkungan menyatakan kekecewaannya atas pembalikan kebijakan tersebut, dengan kelompok Alyansa Tigil Mina (Aliansi untuk Mengakhiri Pertambangan) menggambarkannya sebagai prioritas pembangunan yang picik dan salah tempat dari pemerintah.

Pendapatan ekspor tahunan Filipina dari industri ekstraksi mineralnya dapat meningkat hingga USD2 miliar selama lima hingga enam tahun ke depan karena proyek-proyek pertambangan baru dimulai, menurut pemerintah.

Negara Asia Tenggara ini merupakan pemasok bijih nikel terbesar di China dan juga memiliki cadangan tembaga dan emas yang cukup besar.

Lebih dari sepertiga dari total wilayah Filipina seluas 30 juta hektare (74,1 juta hektare) telah diidentifikasi memiliki potensi mineral tinggi, tetapi sejauh ini hanya kurang dari 5 persen dari cadangan mineralnya yang telah diekstraksi, menurut biro pertambangan.