Studi: Suhu Panas Picu Naiknya Kasus Darurat Kesehatan Mental

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Minggu, 27 Februari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Penelitian terbaru mengungkap, teriknya suhu saat musim panas telah meningkatkan jumlah orang yang menderita kedaruratan kesehatan mental. 

Analisis terbaru ini merupakan yang paling komprehensif mengenai hubungan krisis iklim dengan kesehatan mental. Analisis melihat catatan medis dari jutaan warga Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan peningkatan rata-rata 8% tingkat kunjungan rumah sakit darurat pada hari-hari ketika suhu di atas 5% terpanas yang tercatat di dalam satu dekade. 

Efeknya terlihat pada hampir semua kondisi kesehatan mental, termasuk stress, gangguan mood dan kecemasan, skizofrenia, melukai diri sendiri, dan ganggua penggunaan zat.

Frekuensi suhu ekstrem didorong oleh krisis iklim. Para peneliti mengatakan bahwa studi tersebut dapat membantu layanan kesehatan mental dalam memprediksi dan mempersiapkan untuk kondisi darurat.

Seorang pria membasahi dirinya di pancuran air kala gelombang panas melanda India dan Bangladesh pada 2015. Panas ekstrem saat itu menewaskan lebih dari 4.000 jiwa dan ribuan petani gagal panen sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Foto: Saikat Paul/Shutterstock via The Conversation

Prof Gregory Wellenius, profesor di fakultas kesehatan masyarakat Boston University dan penulis senior laporan, mengatakan bahwa selama ini orang-orang hanya familiar dengan risiko panas ekstrem seperti dehidrasi dan sengatan panas.

“Yang benar-benar baru adalah bahwa penelitian ini menetapkan pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya bahwa hari-hari yang sangat panas juga dapat berdampak pada kesehatan mental orang secara substansial,” kata Wellenius dikutip The Guardian, Kamis, 24 Februari 2022.

“Dan ini bukan hanya terjadi pada populasi rentan saja. Ini ada di setiap kelompok usia yang kami teliti, baik pria maupun wanita dan di setiap wilayah negara. Semua orang berisiko.”

Basis data medis yang digunakan untuk analisis tidak termasuk orang tanpa asuransi kesehatan. “Kami memperkirakan (kenaikan risiko 8%) adalah estimasi yang terlalu rendah dari beban penyakit yang sebenarnya terkait dengan panas ekstrem, karena individu yang paling rentan cenderung tidak ada dalam basis data ini.”

Menurut Prof Amruta Nori-Sarma, penulis utama dan profesor di Boston University, kunjungan darurat ke rumah sakit merupakan presentasi dari gangguan kesehatan mental yang paling parah. 

“Bahkan peningkatan kecil dalam jumlah darurat merupakan beban besar bagi individu dan sistem kesehatan.”

Studi menunjukkan peningkatan terbesar dalam tingkat kunjungan darurat di utara Amerika Serikat, naik menjadi 12% di wilayah barat laut seperti. Sebaliknya wilayah selatan yang lebih panas menunjukkan sebaliknya.

Menurut Nori-Sarma, penduduk yang tinggal di daerah yang lebih panas telah beradaptasi dengan lebih baik dan memiliki akses lebih tinggi pada pendingin ruangan. 

“Temuan ini penting dari perspektif kerentanan di masa depan, karena kita dapat memperkirakan bahwa populasi yang tidak memiliki kapasitas adaptif mungkin lebih tertekan selama masa panas yang ekstrem,” jelasnya.

Penelitian tersebut, yang diterbitkan di dalam jurnal Jama Psychiatry, memeriksa data anonim 3,5 juta kunjungan rumah sakit darurat untuk gangguan kesehatan mental yang dilakukan oleh 2,2 juta orang selama periode 2010-2019.

Studi berfokus pada bulan-bulan terpanas, Mei hingga September, dan mencakup 2.775 kabupaten, yang merupakan 98% dari warga AS. Menurut para peneliti, tujuh tahun terpanas yang tercatat di negara tersebut telah terjadi sejak 2014. 

Para ilmuwan menemukan bahwa peningkatan risiko sedikit lebih tinggi untuk pria dibandingkan wanita. Sebabnya, pria cenderung mencari bantuan awal dan karena itu membutuhkan perawatan darurat lebih sering. Satu-satunya gangguan kesehatan mental utama yang tidak memicu peningkatan kunjungan darurat pada hari-hari bersuhu panas adalah gangguan kepribadian dan perilaku, yang relatif jarang terjadi, dus sampelnya lebih kecil.

Menurut para peneliti, kondisi panas ekstrem memperburuk kondisi kesehatan mental yang telah ada. Hal ini bisa disebabkan oleh iritasi atau ketidaknyamanan yang meningkat di siang hari atau oleh gangguan tidur pada malam hari selama musim panas.

 

THE GUARDIAN