Nasib Situs Chernobyl dalam Invasi Rusia ke Ukraina

Penulis : Aryo Bhawono

Nuklir

Minggu, 27 Februari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Pasukan militer Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl dalam serangan mereka ke Ukraina. Pertempuran di wilayah itu dapat menyebabkan tumpahan limbah radioaktif.

Dikutip dari BBC, Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podoliak, mengatakan serangan Rusia ke Ukraina bisa menjadi salah satu ancaman paling serius di Eropa. Tentara Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang berada di kawasan utara Ukraina, tepatnya di Oblast Kiev.

Sebuah ledakan terjadi di pembangkit Chernobyl pada tahun 1986 dan menyebabkan bencana nuklir terburuk dalam sejarah manusia, baik dalam biaya dan korban. Presiden Ukraina memperingatkan bencana seperti itu bisa terjadi lagi jika Rusia melanjutkan invasinya.

"Pembela kami memberikan hidup mereka sehingga tragedi 1986 tidak akan terulang," tulis Presiden Volodymyr Zelensky sebelumnya di Twitter.

Pembangkit Nuklir di Fukushima, Jepang. (Dok. IAEA Image Bank)

Menurutnya invasi Rusia ke negaranya adalah deklarasi perang melawan seluruh Eropa.

Zona eksklusi Chernobyl, yang berada pada radius 32 km di sekitar pembangkit, merupakan kawasan tanpa penduduk selama 36 tahun ini setelah salah satu reaktor rusak dan menimbulkan ledakan. Tiga reaktor pembangkit lainnya ditutup pada tahun 2000 dan telah dinonaktifkan, hingga kini tingkat radiasi di daerah itu sangat tinggi.

Pasukan Rusia dilaporkan memasuki zona eksklusi pada Kamis pagi sebelum menyeberang ke Ukraina. Mereka merupakan bagian operasi militer khusus Presiden Rusia Vladimir Putin di negara tetangga mereka. 

Chernobyl terletak sekitar 130 km utara ibu kota Ukraina, Kiev, dan membuka rute pasukan invasi Rusia.

Gedung Putih mengatakan telah menerima laporan bahwa staf disandera di lokasi oleh tentara Rusia.

Anggota Truman National Security Project, Samantha Turner, mengatakan kontrol di Chernobyl tidak memiliki peran penting dalam pertempuran tetapi memberi akses ke Sungai Dnipro yang mengalir ke Belarus. 

"Ini adalah bagian penting dari mereka membuka koridor yang berbeda untuk pergerakan pasukan dan mengendalikan medan utama," katanya.

Dia memperingatkan walaupun kawasan itu tak dihuni namun pertempuran aktif di dapat menyebabkan tumpahan limbah radioaktif.

Profesor bahan limbah radioaktif dari Universitas Sheffield, Claire Corkhill, mengakui Rusia adalah salah satu operator nuklir paling berpengalaman di dunia. Ia sendiri pernah terlibat dalam upaya pembersihan internasional di Chernobyl selama enam tahun terakhir dan mengunjungi situs tersebut tiga kali.

Keberhasilan paling signifikan dalam kolaborasi ini adalah pembangunan kubah seberat 32.000 ton baru-baru ini di sekitar reaktor radioaktif. Pembangunan ini menelan biaya 1,5 miliar Dolar AS yang didanai oleh 30 negara. Corkhill khawatir invasi ke Ukraina akan menghentikan operasi ini secara efektif.

"Selama 30 tahun telah berlalu sejak kecelakaan itu dan kami masih belum membersihkan semuanya," katanya kepada BBC. 

Jika tak ada yang bekerja di fasilitas itu dan melanjutkan penonaktifan maka penanganan Chernobyl akan menjadi masalah yang sangat besar.

Dikutip dari reuters, seorang keamanan Rusia menyebutkan pasukan militer Rusia berkumpul di zona eksklusi Chernobyl sebelum menyeberang ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Negara itu ingin mengendalikan reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi sinyal kepada NATO agar tidak ikut campur secara militer.