Seekor Gajah Sumatera Mati di Aceh, Diduga karena Malnutrisi

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Rabu, 02 Maret 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Lagi, seekor gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) dilaporkan mati di Provinsi Aceh, pada 27 Februari 2022 kemarin. Gajah tersebut mati setelah 3 hari menjalani perawatan karena mengalami luka yang memicu terjadinya malnutrisi.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto mengatakan, gajah mati tersebut berjenis kelamin betina. Gajah liar itu sebelumnya ditemukan dalam keadaan lemas karena sakit dan terbaring di sekitar wilayah Gampong (desa) Lamtamot, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, pada 25 Februari 2022 sekitar pukul 12.00 WIB.

"Gajah sakit tersebut dilaporkan petugas pengamanan hutan KPH I Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan Aceh. Dari laporan tersebut, tim BKSDA, personel Pusat Latihan Gajah Saree, dan tim Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala langsung bergerak mengecek dan menangani gajah sakit tersebut," kata Agus Arianto, dikutip dari Antara, Selasa (1/3/2022).

Menurut hasil pemeriksaan, gajah tersebut diperkirakan berusia kurang lebih 30 tahun. Agus mengatakan, kondisi gajah memprihatinkan, tubuhnya kurus karena malnutrisi, dan lemah serta ditemukan luka infeksi cukup lama di bagian perut.

Tim medis BKSDA bersama mitra merawat gajah betina yang ditemukan sakit di kawasan Lembah Seulawah, Aceh Besar./Foto: BKSDA Aceh

"Dugaan luka tersebut akibat terkena tonggak kayu. Upaya penanganan medis dilakukan di lokasi dengan memberikan cairan infus, pembersihan luka, pemberian vitamin, antibiotik, serta tindak medis lainnya. Namun, gajah tersebut akhirnya mati pada 27 Februari 2022 pukul 14.58 WIB," ujarnya.

Agus Arianto mengatakan tim medis BKSDA bersama mitra personel kepolisian, aparat desa, dan masyarakat setempat melakukan nekropsi atau otopsi terhadap gajah betina yang mati tersebut. Hasilnya, kematian gajah diduga infeksi luka menjadi media berkembang biaknya bakteri, sehingga menyebar ke seluruh tubuh.

"Infeksi tersebut mengganggu sistem metabolisme yang menyebabkan kerusakan organ. Beberapa sampel berupa bagian seperti feses, usus, cairan usus, ginjal, jantung, limpa, hari, paru-paru, dan lidah diambil untuk uji laboratorium," katanya.

Berdasarkan hasil olah kejadian perkara, lanjut Agus Arianto, tidak ditemukan adanya tanda-tanda yang mencurigakan atau adanya unsur kesengajaan dalam kematian gajah liar berjenis kelamin betina tersebut. Dugaan sementara, kematian gajah sifatnya alami karena sakit.

Agus Arianto mengatakan gajah sumatra merupakan satwa liar dilindungi undang-undang. Berdasarkan daftar satwa liar di dunia, gajah sumatera hanya ditemukan di Pulau Sumatera yang terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian satwa liar, khusus gajah sumatera dengan cara merusak hutan yang merupakan habitatnya, membunuh, dan praktik lainnya yang menyebabkan kematian gajah.

"Kami mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi masyarakat maupun para pihak yang melaporkan serta membantu dan mendukung proses penanganan temuan bangkai gajah liar tersebut," tutup Agus Arianto.