Macan Tutul Rasi Dilepasliarkan di Gunung Ciremai
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Biodiversitas
Selasa, 08 Maret 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) betina, bernama Rasi, dilepasliarkan di Gunung Ciremai, pada Sabtu (5/3/2022). Pelepasliaran Rasi ini dilakukan untuk memancing macan tutul lain berkelamin jantan yang sebelumnya sudah dilepasliarkan.
Pelepasliaran Rasi ini dilaksanakan oleh Balai TNGC bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BBKSDA Jawa Barat) dan PPS Cikananga di Blok Bintangot, Seda, Satuan Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Kepala Balai TNGC Teguh Setiawan mengatakan, selain untuk bersanding dengan Slamet Ramadhan--macan tutul jantan yang sebelumnya sudah dilepasliarkan pada 9 Juli 2019--, pelepasliaran Rasi ditujukan untuk memancing Slamet Ramadhan muncul. Lantaran GPS Collar yang telah dipasang pada macan tutul jantan tersebut sudah saatnya untuk dilepaskan.
“Ternyata sampai saat ini Slamet Ramadhan tidak kunjung datang, berkaca dari Slamet Ramadhan, maka Rasi dikenakan GPS Collar yang lepas dengan sendirinya setelah 6 bulan,” kata Teguh.
Untuk diketahui, Rasi diserahkan oleh masyarakat kepada BBKSDA Jawa Barat dan kemudian langsung direhabilitasi di PPS Cikananga pada 2 Juli 2019. Rasi ditemukan di perbatasan hutan dengan pemukiman dengan usia perkiraan 3-6 bulan. Saat ini, Rasi telah berusia 3 tahun dan siap kawin.
Rasi juga menjalani proses habituasi selama satu bulan dan telah menunjukkan kesiapan untuk dilepasliarkan. Selain adaptasi perilaku Rasi untuk siap dilepasliarkan, habituasi yang dilakukan juga diperuntukan untuk memancing Slamet Ramadhan untuk mendekat.
Teguh menjelaskan, kondisi perkembangan Slamet Ramadhan yang baik mengharuskan untuk dilepaskannya GPS Collar yang telah dipasang sejak 2019 lalu. Pada pekan kedua habituasi, perilaku Rasi terlihat aktif dan pola aktivitasnya sudah mulai terbentuk. Hal ini menunjukkan Rasi sudah mulai nyaman dengan calon tempat barunya.
Sampai saat ini ekosistem kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dianggap memiliki kualitas baik. Berdasarkan hasil penafsiran citra SPOT 6 Resolusi 1 meter Liputan 2018 dan 2019, kawasan TNGC didominasi oleh tutupan berhutan mencapai 80 persen dari seluruh luas kawasan. Macan tutul (Panthera pardus melas) merupakan satwa kunci/key spesies yang menjadi icon kawasan TNGC yang memerlukan ekosistem alami sebagai habitatnya.
Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem, Ditjen KSDAE, Ammy Nurwati berharap dengan diberikannya pasangan, macan tutul akan berkembang biak dan bertambah populasinya sehingga icon Balai TNGC yaitu Macan Tutul dan gunungnya tetap ada.