Tiongkok jadi Tujuan Tanker Indonesia yang Diblokade Greeenpeace

Penulis : Tim Betahita

Energi

Selasa, 05 April 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kapal tanker minyak milik PT Pertamina International Shipping (PIS) yang sempat dihadang aktivis Greenpeace di lepas pantai Denmark pada Kamis pekan lalu (31/03/2022) ternyata bukan lah membawa minyak untuk tujuan Indonesia ataupun pesanan Pertamina.

Tanker Pertamina Prime tersebut ternyata membawa pesanan minyak dengan negara tujuan Tiongkok yang diberangkatkan dari Denmark. Adapun minyak tersebut dikabarkan merupakan pesanan dari perusahaan trader Trafigura.

Hal tersebut berdasarkan laporan Reuters, mengutip sejumlah sumber dari industri perkapalan dan trader.

Namun sayangnya, mengutip Reuters, Trafigura menolak untuk berkomentar mengenai hal ini, namun mengatakan turut mengecam serangan Rusia ke Ukraina. Trafigura juga menyebut, pihaknya tidak melakukan transaksi bisnis baru atas minyak dan gas dari Rusia, namun tetap melanjutkan pengiriman minyak yang telah terkontrak dan disetujui sebelum perang Rusia-Ukraina terjadi 24 Februari 2022 lalu.

Aktivis Greenpeace menduduki kilang minyak sawit milik Wilmar di Bitung, Sulawesi Utara sebagai bagian dari kampanye anti sawit merusak hutan /foto:greenpeace

Lantas, siapa Trafigura? Mengutip laman resmi perusahaan, Trafigura bergerak di bidang perdagangan komoditas global.

Trafigura adalah bisnis perdagangan dan logistik fisik yang disebutkan bersifat independen dan dimiliki oleh karyawan.

Perusahaan ini telah berdiri sejak 28 tahun lalu. Trafigura memberikan pelayanan end-to-end yang menghubungkan produsen, prosesor, dan konsumen di seluruh dunia. Perusahaan memperdagangkan komoditas energi seperti minyak, gas bumi, batu bara, logam, hingga mineral.

Tak hanya itu, perusahaan juga memiliki portofolio di bidang kelistrikan dan Energi Baru Terbarukan (EBT), manajemen karbon, hingga perkapalan dan penyewaan kapal. Perusahaan memiliki 88 kantor cabang di 48 negara.

Trafigura juga menyebut telah menginvestasikan ratusan juta dolar dalam proyek infrastruktur.

Perlu diketahui, ada dua kapal tanker minyak yang sempat dicegat aktivis Greenpeace pada pekan lalu, yakni Seaoath dan Pertamina Prime. Keduanya dihadang karena hendak melakukan transfer minyak sebesar 100 ribu ton minyak dari Rusia.

Seaoath merupakan tanker yang telah tiba dari Rusia membawa 100 ribu ton minyak mentah Ural dan berusaha untuk mentransfer minyak ke kapal tanker Pertamina Prime yang lebih besar, menurut data pelacakan kapal Greenpeace dan Refinitiv.

Adapun Pertamina Prime, yang mengumpulkan minyak mentah dari beberapa kapal tanker, akan berlayar dari Denmark ke China setelah transfer minyak selesai, menurut salah satu pialang kapal.

Dengan demikian, Pertamina Prime berlayar langsung dari Denmark ke China, bukan dari Rusia dan mengumpulkan minyak dari beberapa tanker.

Sumber CNBC Indonesia pun mengungkapkan bahwa minyak yang dibawa tanker Pertamina Prime tersebut bukan lah untuk dibawa ke Indonesia, melainkan untuk destinasi China.

Sehari setelah dicegat Greenpeace, tanker Pertamina tersebut juga sudah kembali berlayar ke China.

"Kapal Pertamina Prime sudah berlayar kembali dari Denmark ke China," ungkap sumber CNBC Indonesia, Senin (04/04/2022).

Kapal Pertamina Prime adalah kapal kedua PT Pertamina International Shipping yang pembangunannya dimulai sejak 2019. Kapal ini merupakan kapal single screw driven single deck type crude oil tanker dengan panjang 330 meter dan draft 21.55 meter.

"Ketika kami muncul, mereka bahkan berhenti mencoba," kata aktivis Greenpeace Gustav Martner kepada Reuters, duduk di kayak di sebelah supertanker Pertamina Prime sepanjang 330 meter.

"Sekarang, sepertinya mereka sedang menunggu kita," lanjutnya.

Greenpeace mengatakan telah melacak 299 kapal tanker yang membawa minyak dan gas dari Rusia sejak dimulainya apa yang disebut Kremlin sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari. Dari jumlah itu, 132 menuju ke Eropa, katanya.

"Sangat memalukan bahwa kita terus mendanai perang dengan membeli bahan bakar fosil Rusia. Ini terjadi di Denmark. Mereka seharusnya tidak diizinkan berada di sini," kata Martner."

"Kami akan tinggal sampai politisi bertindak," ujarnya.

Kronologi Greenpeace Blokade Dua Tanker Pertamina

Mengutip Reuters dan France 24 yang mengutip AFP, ini bermula saat aktivis Greenpeace memblokade dua kapal tanker minyak di lepas pantai Denmark yang hendak melakukan transfer minyak sebesar 100 ribu ton dari Rusia. Dua kapal tersebut adalah tanker Seaoath dan Pertamina Prime.

Selusin aktivis menggunakan kayak dan berenang di air memblokir pengiriman karena protes ke serangan Moskow terhadap Ukraina. Mereka membawa spanduk yang menyerukan "berhenti mengobarkan perang" dan melukis "Perang Bahan Bakar Minyak" di lambung Pertamina Prime.

"Pada pukul 11:00 (waktu setempat) para aktivis mulai memblokade supertanker Pertamina Prime, mencegah kapal lain Seaoath mendekatinya dan memblokir pengiriman minyak," kata Juru Bicara Greenpeace Emma Oehlenschlager.

"Baru kali ini kami berhasil menghentikan pengiriman. Dalam kasus lain, kapal tanker dialihkan atau dipercepat," tambahnya.

"Mereka (para aktivis) sekarang akan mempertahankan blokade selama mungkin untuk memastikan kapal tidak bisa saling berdekatan untuk melakukan transfer."

Greenpeace mengatakan telah melacak 299 kapal tanker yang membawa minyak dan gas dari Rusia sejak dimulainya apa yang disebut Kremlin sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari. Dari jumlah itu, 132 menuju ke Eropa.

"Sangat memalukan bahwa kita terus mendanai perang dengan membeli bahan bakar fosil Rusia. Ini terjadi di Denmark. Mereka seharusnya tidak diizinkan berada di sini," kata aktivis Greenpeace Gustav Martner.

"Kami akan tinggal sampai politisi bertindak."

Pertamina Prime sendiri disebut memang mengumpulkan minyak mentah dari beberapa kapal tanker di Laut Denmark. Kapal, menurut salah satu sumber pialang, akan berlayar ke China setelah transfer minyak selesai.

Sementara itu, sumber CNBC Indonesia mengatakan kapal Pertamina Prime yang dicegat tersebut telah kembali berlayar dari Denmark ke China sehari setelah peristiwa pemblokadean Greenpeace itu terjadi.

"Kapal Pertamina Prime sudah berlayar kembali dari Denmark ke China," ungkapnya.