Krisis Iklim: Jumlah Spesies Ikan Berkurang di Masa Depan

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Jumat, 15 April 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Pemanasan global telah berdampak pada berkurangnya spesies ikan produktif di lautan. Hal ini diprediksi akan berimplikasi pada berkurangnya tangkapan nelayan di masa depan.

Analisis tersebut terbit di dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, yang mengkaji kesehatan ekosistem laut. Para ilmuwan menemukan bahwa seiring dengan menghangatnya iklim, spesies besar dan perikanan komersial kemungkinan tidak akan melimpah bahkan di rentang geografisnya.

Misalnya, seorang nelayan ikan cod di Atlantik mungkin masih menemukan ikan 200 tahun dari sekarang, namun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. 

Dari perspektif perikanan, walau spesies tangkapan hari ini masih ada besok, kelimpahannya tidak akan sama. Dalam konteks ini, penangkapan ikan berlebihan menjadi lebih mudah karena tingkat pertumbuhan populasinya rendah," kata Malin Pinsky, salah satu penulis studi  dan profesor di Departemen Ekologi, Evolusi, dan Sumber Daya Alam Rutgers.

Ilustrasi Laut (UN.Org)

"Pemanasan ditambah dengan dinamika jaring makanan akan seperti menempatkan keanekaragaman hayati laut dalam blender," tambahnya.

Secara spesifik, peneliti melihat interaksi trofik — proses satu spesies diberi makan dengan mengorbankan yang lain — dan dinamika jaring makanan lainnya untuk menentukan bagaimana perubahan iklim memengaruhi rentang spesies. 

Dengan menggunakan model komputer yang canggih, para peneliti menentukan bahwa interaksi predator-mangsa menyebabkan banyak spesies, terutama predator besar, menggeser jangkauan mereka lebih lambat ketimbang iklim. 

“Model tersebut menunjukkan bahwa selama 200 tahun ke depan pemanasan, spesies akan terus berubah dan berada dalam proses pergeseran jangkauan mereka,” kata penulis utama E. W. Tekwa, dari Universitas British Columbia.  

"Bahkan setelah 200 tahun, spesies laut masih akan tertinggal dari perubahan suhu, dan ini terutama berlaku bagi mereka yang berada di puncak jaring makanan." 

Saat iklim menghangat, jutaan spesies bergeser ke arah kutub dalam reorganisasi dramatis kehidupan di bumi. Namun, pemahaman kita tentang dinamika ini sebagian besar telah mengabaikan fitur utama kehidupan—hewan dan organisme lain harus makan. Para peneliti telah mengisi kesenjangan pengetahuan ini dengan memeriksa bagaimana kebutuhan dasar akan makanan mempengaruhi pergerakan spesies.

Para peneliti mengembangkan "model jaring makanan yang eksplisit secara spasial" yang mencakup parameter seperti metabolisme, ukuran tubuh, dan rentang suhu optimal. Dengan memperhitungkan perubahan iklim, model mereka mengungkapkan bahwa interaksi trofik dinamis menghambat kemampuan spesies untuk bereaksi cepat terhadap suhu yang memanas.

Mereka juga menemukan bahwa predator puncak bertubuh lebih besar tinggal lebih lama daripada mangsa yang lebih kecil di habitat historis, sebagian karena kedatangan sumber makanan baru ke kisaran pra-pemanasan mereka.

"Dinamika ini tidak hanya akan terjadi di satu tempat tetapi secara global," kata Pinsky. "Itu bukan pertanda baik bagi kehidupan laut, dan ini bukan efek yang telah diakui secara luas.

PHYS.ORG