Peneliti Iklim NASA Raih Penghargaan Pangan Dunia

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Sabtu, 07 Mei 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Seorang ilmuwan peneliti iklim NASA, Cynthia Rosenzweig, dianugerahi Penghargaan Pangan Dunia pada hari Kamis lalu (5/5/2022). Ia telah menghabiskan sebagian besar karirnya menjelaskan bagaimana produksi pangan global harus beradaptasi dengan perubahan iklim 

Rosenzweig adalah seorang ahli agronomi dan ahli iklim. Ia dianugerahi hadiah 250 ribu Dolar AS sebagai pengakuan atas pemodelan inovatif tentang dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan. Ilmuwan peneliti senior di NASA Goddard Institute for Space Studies ini merupakan peneliti senior tambahan di Columbia Climate School di Columbia University yang berbasis di New York.

Ia menyatakan akan memusatkan perhatian pada kebutuhan peningkatan sistem pangan dan pertanian untuk mengurangi dampak perubahan iklim saat upacara penganugerahan di Departemen Luar Negeri di Washington.

"Pada dasarnya kami tidak dapat menyelesaikan perubahan iklim kecuali kami mengatasi masalah emisi gas rumah kaca dari sistem pangan, dan kami tidak dapat menyediakan ketahanan pangan untuk semua kecuali kami bekerja sangat keras untuk mengembangkan sistem yang tangguh," katanya kepada The Associated Press. 

Cynthia Rosenzweig, penerima Penghargaan Pangan Dunia 2022. Ia memenangkan hadiah karena karyanya memodelkan dampak perubahan iklim pada produksi pangan. (Foto AP/Ted Shaffrey)

Wakil Menteri Negara untuk Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, Jose Fernandez mengatakan lebih dari 160 juta orang di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan tahun lalu, angka ini meningkat 19 persen dari tahun sebelumnya. Salah satu akar penyebabnya adalah penurunan produksi pangan akibat pemanasan global.

"Perubahan iklim telah memiliki dampak yang signifikan dan negatif pada produksi pertanian global dan dampaknya hanya akan bertambah buruk. Kami melihat sawah tenggelam dalam banjir. Kami melihat tanaman lain layu dalam kekeringan. Kami melihat kerang mati di lautan yang lebih asam dan penyakit tanaman menyebar ke wilayah baru. Kita mungkin tidak akan memahami semua masalah ini sebaik yang kita lakukan hari ini tanpa kerja Dr. Cynthia Rosenzweig, peraih Penghargaan Pangan Dunia tahun ini," katanya.

Penghargaan World Food Prize Foundation yang berbasis di Des Moines mengakui Rosenzweig sebagai pendiri Proyek Perbandingan dan Peningkatan Model Pertanian. Organisasi ini menarik ilmuwan dari seluruh dunia dan dari banyak disiplin ilmu untuk memajukan metode untuk meningkatkan prediksi kinerja masa depan sistem pertanian dan pangan seiring perubahan iklim global.

Yayasan tersebut memuji pekerjaan Rosenzweig membantu para pembuat keputusan di lebih dari 90 negara membuat rencana untuk mempersiapkan perubahan iklim.

Karya Rosenzweig mempelajari bagaimana petani dapat mengatasi perubahan iklim dan bagaimana pertanian memperburuk masalah. Misalnya saja Rosenzweig menyebutkan sistem pertanian pangan global menciptakan hampir sepertiga dari total gas rumah kaca global pada makalah penelitian yang diterbitkan bulan lalu.

Menurutnya dunia perlu mengurangi emisi tersebut dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Gas rumah kaca berasal dari banyak bagian produksi pangan, termasuk pelepasan karbon dan karbon dioksida melalui pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan oksidasi karbon melalui pembajakan ladang. Penggunaan pupuk juga melepaskan nitrogen oksida ke atmosfer, peralatan pertanian mengeluarkan bahan bakar fosil, dan ternak melepaskan metana.

Rosenzweig sendiri dibesarkan di Scarsdale, New York, daerah pinggiran kota yang diakuinya menuntun pencarian kehidupan pedesaan. Dia pindah ke Tuscany, Italia, dengan calon suaminya saat berusia 20-an dan mengembangkan hasrat untuk pertanian. Sekembalinya ke Amerika Serikat, ia memfokuskan pendidikannya pada agronomi.

Dia bekerja sebagai mahasiswa pascasarjana di Goddard Institute for Space Studies pada awal 1980-an, ketika model iklim global mulai menunjukkan efek karbon dioksida yang dihasilkan manusia pada iklim global. Sebagai satu-satunya anggota tim yang mempelajari agronomi, dia meneliti dampaknya terhadap produksi pangan dan sejak itu bekerja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Karya Rosenzweig menghasilkan proyeksi pertama Badan Perlindungan Lingkungan tentang dampak perubahan iklim pada wilayah pertanian negara yang dimuat dalam penilaian badan tersebut tentang dampak potensial perubahan iklim di Amerika Serikat pada tahun 1988. Dia adalah orang pertama yang membawa isu perubahan iklim menjadi perhatian. Ketika berada di American Society of Agronomy, ia pun mengorganisir sesi pertama tentang masalah ini pada 1980-an.

Rosenzweig menyelesaikan proyeksi pertama tentang bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi produksi pangan di Amerika Utara pada tahun 1985 dan secara global pada tahun 1994, dan dia adalah salah satu ilmuwan pertama yang mendokumentasikan bahwa perubahan iklim telah berdampak pada produksi dan budidaya pangan.

Organisasi penelitian yang ia dirikan, AgMIP, mengembangkan paket adaptasi, yang dapat mencakup penggunaan benih yang lebih tahan kekeringan dan praktik pengelolaan air yang lebih baik. Di Bangladesh, kelompok tersebut bekerja dengan petani padi untuk mengembangkan praktik baru dalam mengelola sawah guna mengurangi pelepasan metana secara signifikan.

Dia mengatakan bahkan perusahaan agribisnis terbesar telah menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan. Beberapa model yang telah dikembangkan bersama rekan kerja menunjukkan bagaimana bisnis dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim dan bagaimana mereka juga memiliki peran dalam membalikkan dampak pada iklim.

"Ini benar-benar kemitraan global dari semua sistem pangan global untuk bersama-sama menahan perubahan iklim dan menjaga ketahanan pangan untuk planet ini," katanya.

Presiden World Food Prize Foundation Barbara Stinson memuji Rosenzweig atas inovasi yang membantu negara-negara merespons perubahan iklim.