Studi: Paparan Kebakaran Hutan Tingkatkan Risiko Kanker

Penulis : Kennial Laia

Karhutla

Rabu, 11 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Studi terbaru mengungkapkan bahwa orang yang terpapar kebakaran hutan memiliki risiko kanker paru-paru dan otak yang lebih tinggi.

Kajian yang diterbitkan McGill University tersebut melacak lebih dari 2 juta warga Kanada selama 20 tahun. Studi ini yang pertama kali mengulas bagaimana kebakaran hutan memengaruhi risiko kanker pada manusia.

“Kebakaran hutan cenderung terjadi di lokasi yang sama setiap tahun. Tetapi kami hanya tahu sedikit tentang efek kesehatan jangka panjang dari peristiwa ini,” kata Scott Weichenthal, profesor muda di Departemen Epidemiologi, Biostatistik, dan Kesehatan Kerja di McGill University.

“Studi kami menunjukkan bahwa tinggal di dekat kebakaran hutan dapat meningkat risiko kanker tertentu,” terang Weichenthal.  

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia merupakan bencana berulang, berdampak pada kesehatan masyarakat dan kerugian ekonomi. Foto: Greenpeace Indonesia

Studi diterbitkan dalam jurnal The Lancet Planetary Health dengan judul "Long-term exposure to wildfires and cancer incidence in Canada: a population-based observational cohort study”.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa orang yang tinggal 50 kilometer dari lokasi kebakaran selama 10 tahun terakhir memiliki risiko 10% lebih tinggi terkena tumor otak. Sementara itu orang yang tinggal lebih jauh dari radius tersebut berpotensi 4.9% lebih tinggi mengidap kanker paru-paru.

Dengan memburuknya krisis iklim, kebakaran hutan diprediksi menjadi lebih umum, parah, dan berdurasi lebih lama di masa depan. Fenomena ini juga telah diakui berpengaruh dan menjadi masalah kesehatan global.

“Banyak polutan yang dipancarkan oleh kebakaran hutan diketahui sebagai karsinogen manusia, menunjukkan bahwa paparan dapat meningkatkan risiko kanker pada manusia,” kata Jill Korsiak, mahasiswa Ph.D. di laboratorium Prof. Weichenthal yang memimpin analisis tersebut.

Kebakaran hutan biasanya terjadi di wilayah yang sama setiap tahun, dan akibatnya, orang yang tinggal di komunitas terdekat mungkin terpapar polutan karsinogenik kebakaran hutan secara kronis, para peneliti memperingatkan.

Selain berdampak pada kualitas udara, kebakaran hutan juga mencemari lingkungan perairan, tanah, dan dalam ruangan. Pasalnya, tidak semua polutan kembali ke konsentrasi normal setelah api padam. Sebaliknya, beberapa bahan kimia lain bertahan di lingkungan untuk jangka waktu yang lama, termasuk logam berat dan hidrokarbon.

"Paparan terhadap polutan lingkungan yang berbahaya mungkin berlanjut melampaui periode pembakaran aktif melalui beberapa rute paparan," jelas Prof. Weichenthal.

Para peneliti mencatat, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami campuran kompleks polutan lingkungan yang dilepaskan selama kebakaran hutan berlangsung. Selain itu, studi lanjutan perlu dikembangkan untuk melihat prakiraan jangka panjang yang lebih lama dari efek kesehatan kronis akibat kebakaran hutan.

 

Phys.org